Minggu, 17 Juni 2018

Kisah mereka yang tak bisa kumpul keluarga saat Lebaran demi kelancaran KRL

Merdeka.com - Hari Raya Idul Fitri harusnya menjadi momentum silaturahmi dengan keluarga, kerabat dan tetangga. Namun terkadang, pekerjaan membuat seseorang terpaksa tetap bertugas saat Lebaran.

BERITA TERKAIT

Seperti cerita Rohiman. Petugas perlintasan rel kereta KRL ini tidak bisa berkumpul bersama keluarga karena harus menunaikan tugasnya.

Di bawa kendali Rohiman dari ruangan berukuran 3x4 meter, Rohiman sigap memperhatikan berbagai peralatan ada di samping tubuhnya. Ketika melihat salah satu tombol menyala dan mendengar suara dari walkie talkie ternyata sebagai tanda kereta akan segera melintas.

"Itu instruksi. Jadi saat jarak kereta 1 kilometer menuju lintasan ada bunyi dan tombol menyala," ujar dia ketika ditemui, Minggu (17/6).

Ada dua tombol yang tidak boleh lepas dari tatapannya yaitu warna merah dan warna hijau. Jika yang menyala warna merah, artinya kereta dari arah utara atau Jakarta. Sedangkan menyala warna hijau tanda kereta datang dari arah selatan atau Bogor. Saat itu, diapun akan memainkan scalar. Scalar itu sendiri berfungsi mengunci palang.

"Kalau tidak dimainkan palangnya langsung tertutup. Sedangkan dengan mainkan saklar bisa memperlambat kecepatan palang. Soalnya orang kalau sudah bunyi masih banyak yang terobos. Scalar fungsi buat ngerem palang (kunci)," papar dia.

Tanggung jawabnya itulah yang diembannya. Tugasnya mengatur perlintasan sebidang menghubungkan kecamatan, Tanjung Barat dengan Pasar Minggu.

"Beginilah tugas kami mengamankan perjalanan kereta," kata dia

Untungnya keluarga memahami iesiko dari pekerjaanya ini. Termasuk sang istri. Makanya saat berdinas pada hari Raya sekarang tidak terlalu menjadi masalah.

"Alhamdulilah istri pengertian. Namanya tugas negara, jadi enggak masalah masuk Lebaran atau enggak," terang dia.

Sama halnya dengan, Mohamad Irfan Hakim. Anak sulung dari empat bersaudara itu hari ini turut bekerja.

Pagi tadi memacu sepeda motor dari Rangkas Bitung ke pos palang pintu perlintasan tersebut. Begitu terus aktivitasnya sudah hampir dua tahun ini.

Lebaran kali ini, Irfan sapaan akrabnya juga tidak bisa menikmati hari libur di kampung halaman. Lagi-lagi profesi yang menghambat.

"Tugas kita menjaga keselamatan. Keselamatan gak ada batasnya. Jadi mau gimana lagi masa minta libur," ujar pria yang bercita-cita menjadi polisi itu.

Irfan berharap loyalitasnya ini diperhatikan. Menjadi salah satu pertimbangan pimpinan untuk mengangkat dirinya menjadi karyawan.

"Semoga ada peningkatan dalam segi pekerjaan. Ada pengakatan karyawan khususnya pekerja pintu perlintasan," harapnya.

Reporter: Ady Anugrahadi

Sumber: Liputan6.com [lia]

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search