Kamis, 28 Juni 2018

Kisah Wanita Rohingya yang Disekap dan Diperkosa oleh Tentara Myanmar

NAYPIDAW, iNews.id - Sejak 700.000 pengungsi etnis Muslim Rohingya melarikan diri dari Myanmar pada 2017, muncul sejumlah laporan tentang penyerangan seksual yang dilakukan pihak militer Myanmar.

Badan kemanusiaan melaporkan banyak bayi tidak diinginkan lahir akibat serangan seksual tersebut. Bayi-bayi itu akan ditawarkan untuk diadopsi dan jumlahnya mencapai ratusan bahkan ribuan.

Ini kisah salah satu perempuan Rohingya yang mengaku menjadi korban perkosaan tentara Myanmar.

"Para tentara menangkap saya sebelum saya dapat melarikan diri. Mereka memperkosa saya," demikian dikatakan seorang perempuan yang baru berumur 17 tahun.

Dia menceritakan kepada wartawan BBC, Dan Johnson, bahwa dirinya disekap selama berhari-hari dan berulang kali diperkosa dan dipukuli oleh militer Myanmar.

"Malam itu saya diperkosa kembali. Mereka melakukan lagi besok paginya dan sore hari. Mereka membiarkan saya terikat di sana. Jika saya melihat tentara, saya membungkuk dan menyembunyikan diri. Saya duduk di sana dan menangis. Sekelompok orang Rohingya menyelamatkan saya. Mereka membawa saya melintasi perbatasan, ke Bangladesh," papar perempuan tersebut.

Di Bangladesh, perempuan ini mengetahui dirinya hamil. Saat ini bayi perempuannya sudah lahir dan sudah berumur sepekan. Namun dia belum memberikan nama kepada bayi tersebut.

"Melakukan aborsi adalah sebuah dosa, demikian juga membiarkannya diadopsi. Mereka yang berdosa. Saya tidak melakukan kesalahan. Saya melahirkan bayi saya," ujarnya.

Kakek neneknya merupakan satu-satunya anggota keluarga yang tersisa. Sementara orangtua perempuan itu hilang, yang berarti kemungkinan besar sudah meninggal.

Kakeknya mengatakan kepada BBC, cucunya tidak mau keluar menemui orang lain.

"Dia bersembunyi di dalam rumah dan kami tidak memberitahukannya kepada siapa pun. Tidak seorangpun melihat dia. Saya mengatakan kepadanya untuk memberikan bayi ke orang lain, tetapi dia mengatakan tidak. Dia mengatakan bayi ini akan hidup sesuai dengan kehendak Allah," kata kakeknya.

Ribuan warga Rohingya mengaku diserang secara seksual. Namun tetap sulit memastikan pernyataan sejumlah perempuan ini.

Namun tentara Myanmar membantah semua tuduhan tersebut.

Berbagai badan kemanusiaan di Myanmar sudah bersiap-siap menangani bayi yang tidak diinginkan dan yang kemungkinan besar akan ditelantarkan.

Sejauh ini jumlah bayi yang mengalami nasib tersebut masih sedikit, namun organisasi amal seperti Save the Children mengkhawatirkan stigma masyarakat terhadap anak-anak ini.

"Kekhawatiran kami adalah anak-anak ini akan besar dengan stigma. Kami menyadari anak manapun yang dilahirkan saat ini akan berisiko distigmakan. Jadi kami bekerja keras menciptakan sistem pendukung pengaman bagi anak-anak ini agar mereka dapat tumbuh dengan baik," kata pengurus Save The Children, Daphnee Cook.

Kendati demikian, bagi para korban pemerkosaan, seperti perempuan dengan anaknya yang baru lahir itu, yang terpenting hanyalah perasaan cinta. Meski menghadapi masa kelam, dia tetap akan memberi kasih sayang untuk bayinya.

"Bagaimana mereka bisa melakukan hal seperti ini kepada saya? Jika ini tidak terjadi, saya kemungkinan sudah menikah dan hidup normal. Saat menatap bayi saya, yang saya rasakan adalah cinta," ujar dia.

Editor : Nathania Riris Michico

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search