TRIBUNJAKARTA.COM, PASURUAN- Wajah SW terlihat tegang saat diperiksa di Mapolres Pasuruan, Jawa Timur. Keringat membasahi keningnya.
Dia diperiksa sebagai saksi atas peristiwa teror bom di Kelurahan Pogar, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Kamis (5/7/2018) siang.
SW saksi utama atas teror bom yang dilakukan pemain lama dalam jaringan teroris di Indonesia. Dia diperiksa untuk memberikan kesaksian atas peristiwa yang membuat satu bocah terluka.
SW mengaku sempat menembak pelaku teror bom ini dengan senapan miliknya. Senapannya itu sederhana, harganya pun murah. Namun, keberaniannya perlu mendapatkan apresiasi yang luar biasa.
Kepada Surya.co.id, SW sedikit berbagi cerita. Sekira pukul 11.30 WIB, ia mendengar suara ledakan. Saat itu dia sedang duduk di ruang keluarga rumahnya. Ia menyadari suara itu berasal dari rumah pelaku yang jaraknya hanya 10 meter dari rumahnya. Ia lantas lari ke sana untuk memberikan pertolongan pertama.
"Saya dobrak pintunya, karena saat saya tiba pintunya terkunci rapat. Saya takut di dalam terjadi apa-apa dan harus segera mendapatkan pertolongan," ungkapnya.
Begitu masuk ke dalam rumah tersebut, ia melihat pelaku sedang berusaha menolong UMR, anaknya yang terluka. Awalnya SW mengira suara ledakan itu dari gas elpiji. Ia melihat UMR terluka parah, sedangkan istrinya, DR, hanya menangis melihat kondisi anaknya tersebut.
"Saat saya berusaha mengangkat UMR, pelaku mendorong saya, tak terima saya membantunya. Saya dibilang sok pahlawan dan sebagainya. Saya sempat cekcok di sana," jelas SW.
"Puncaknya, saya keluar rumah saat pelaku melempar bom ke arah tubuh saya," sambungnya.
Menurut SW, bom tersebut sempat ia hindari lalu meledak terkena tembok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar