Huqqy Pratanda Shiva Putra Ariyanto, siswa SMAN 29 Jakarta menjadi satu dari 165.831 peserta yang lolos SBMNPTN tahun ini. Huqqy, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa dirinya diterima di Universitas Soedirman, Purwokerto dengan jurusan administrasi negara.
"Sebenarnya keinginannya arkelog karena pengen merawat candi-candi dan memang suka sejarah. Tidak sesuai sama keinginan tapi sesuai sama kemampuan," kata Huqqy saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (3/7).
Persiapan ujian yang ia lakukan sejak masuk kelas XII SMA terbayar. Ia mengikuti les demi persiapan SBMPTN sekaligus Ujian Nasional (UN). Setelah UN, les pun semakin intensif. Tak hanya itu, ia juga kerap berkumpul bersama beberapa teman untuk belajar.
Ujian bulan Mei lalu ia lalui dengan pengalaman unik. Dia berkata ada salah satu peserta yang ditegur pengawas karena tertidur di tengah ujian.
"Sempat panik, apalagi di ruangan enggak ada jam dan kebetulan enggak pakai jam tangan," ujarnya.
Namun ujian berhasil ia lewati, meskipun dirinya sempat merasa bingung karena sistem penilaian yang berbeda dengan tahun lalu.
Pada SBMPTN 2017, penilaian menganut sistem jika jawaban benar skor +4, jawaban salah -1 dan tidak menjawab 0. Sedangkan tahun ini jawaban benar skor +1 dan salah atau tidak menjawab skor 0.
"Rasanya berat, bingung mau jawab semua apa gimana. Kalau enggak diisi katanya berpengaruh," ujarnya.
Huqqy mengaku bisa belajar di PTN memang jadi impiannya, karena ingin membuat orang tuanya bangga.
"Pas cari kerja juga lebih gampang," imbuhnya.
Rasa haru dan bangga keluarga pun meluap saat mengetahui dirinya lolos SBMPTN. Huqqy bercerita sang bunda sampai sujud syukur dan menangis haru.
Sebelumnya, ia telah mempersiapkan diri jika tidak lolos SBMPTN. Huqqy telah mendaftarkan diri ke perguruan tinggi swasta (PTS) yakni Universitas Esa Unggul dan mengambil jurusan jurnalistik.
"Saya bayar uang pendaftaran Rp5 juta, tapi karena diterima (SBMPTN) bisa kembali 50 persen," jelasnya.
Di sisi lain, pil pahit harus ditelan Novianti. Siswi SMA 99 Jakarta ini belum beruntung meraih kesempatan belajar di PTN impian.
Ia bercita-cita menjadi pengusaha sehingga jurusan manajemen Universitas Indonesia (UI) jadi pilihan utama selain administrasi niaga UI dan administrasi bisnis Universitas Padjajaran (Unpad). Ia menganggap kuliah di PTN tak akan memakan biaya setinggi kuliah di PTS.
"Swasta mahal, kasihan mama dan papa saya untuk biayanya," katanya melalui pesan singkat.
Demi PTN dan jurusan impian, ia rela melakukan persiapan sejak masuk kelas XII SMA. Novi pun mengambil les dengan fokus persiapan SMBPTN tanpa 'menyentuh' materi pelajaran sekolah atau materi UN.
"Saya enggak mikirin UN sama sekali, belajar UN saja baru dua bulan sebelum UN. Setelah UN saya kejar lagi itu SBMPTN," ujarnya.
Setelah UN, les pun semakin intensif. Tiap hari ia lakoni belajar mulai pukul 17.00-20.00, kecuali Jumat, pukul 07.00-11.00.
Usaha ini belum membuahkan hasil positif. Namanya tak masuk dalam daftar siswa yang lolos SBMPTN. Rasa sedih ia rasakan, tapi keluarga tetap setia mendukung.
"Katanya enggak apa-apa, namanya juga hidup belum tentu yang kita mau bisa tercapai. Kan apa yang menurut kita terbaik buat kita belom tentu terbaik menurut Allah,"imbuhnya.
Novi tak lantas menyerah. Ia berencana untuk mengikuti ujian mandiri di PTN lain. Saat ini pun ia sedang menunggu pengumuman ujian mandiri UI atau SIMAK.
"Saya tetap ingin belajar manajemen meski enggak di UI," ucapnya. (agr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar