Sabtu, 14 Mei 2016

Kisah Pilu Gajah Yani

SOROT
Machmud Mubarok
Wartawan Tribun

FOTO seekor gajah yang terkapar tak berdaya terpampang di sejumlah surat kabar yang terbit di Jawa Barat dan Nasional. Gajah itu, Yani, tengah sekarat menanti maut. Rabu (11/5) sempat ditengok Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, sore harinya Yani menemui ajal.

Gajah betina dari Sumatra itu sudah berminggu-minggu sakit. Tak ada perawatan, apalagi pengobatan, terhadap Yani. Begitu berita Yani mati menyebar, sontak semua kalangan berbicara. Media sosial ramai dengan cerita soal gajah Yani ini. Aktris Sophia Latjuba pun sampai berkomentar di akun media sosialnya, meminta Kebun Binatang Bandung, populer disebut Bonbin, ditutup.

Kisah Gajah Yani hanyalah sejumput kecil cerita bobroknya pengelolaan Bonbin Bandung. Manajemen kebun binatang ini memang dipegang swasta atau pribadi. Pemerintah Kota Bandung tak punya andil untuk mengelolanya.

Sebelum kejadian gajah Yani, sejumlah warga sudah melayangkan petisi di dunia daring, yang mendesak penyelamatan Bonbin Bandung. Mereka melihat kondisi Bonbin sudah tak layak menjadi kandang margasatwa. Hewan-hewan di sana merana dan menderita. Entah karena kekurangan pakan atau bahkan sakit. Sejumlah hewan pun dalam kondisi di ujung maut. Fasilitas untuk pengunjung pun dibiarkan seadanya. Tak ada perawatan, pemeliharaan, apalagi perbaikan dan perbaharuan. Semuanya fasilitas lawas yang dibuat tetap bertahan dalam kondisi tuanya. Jangan sebut pula harga tiket yang cukup mahal untuk kebun binatang sekelas Bonbin Bandung ini.

Fakta-fakta itu semakin terungkap ketika Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat mendatangi Bonbin pascakematian Yani. BBKSDA menyatakan sebagian besar kandang hewan dalam keadaan tidak terurus. Tidak ada dokter hewan yang seharusnya siaga di Bonbin. BBKSDA pun melayangkan peringatan, apabila dalam waktu 30 hari ke depan tidak ada perbaikan dari pengelola, pihaknya bakal mengambil alih pengelolaan Bonbin.

Kematian gajah Yani seolah menyentak kesadaran kita bahwa ada yang tidak beres dalam pengelolaan Bonbin Bandung. Bagaimana pun Bonbin memiliki sejarah yang panjang dan melekat benar dengan masyarakat Bandung dan sekitarnya. Di masa lalu dan sekarang, Bonbin tetap menjadi tujuan wisata saat libur lebaran atau sekolah. Sampai kini, warga sepuh Bandung masih tetap menyebut Bonbin sebagai derenten, pelafalan dari Dieren Tuin (kebun Binatang) dalam bahasa Belanda. Sangat disayangkan, apabila Bonbin yang legendaris ini dibiarkan merana dan tamat kisahnya.

Kita perlu besabar menunggu gebrakan yang dijanjikan akan dilakukan pihak pengelola. Dalam satu bulan ini, akan ada perbaikan, terutama dalam hal perawatan hewan-hewan koleksi Bonbin. Sebenarnya bukan hanya itu. Yang kita perlukan juga adalah inovasi dan tampilan-tampilan atraktif dari Bonbin, dan tentu koleksi-koleksi hewan terbaru. Tidak hanya mengandalkan hewan-hewan tua yang sudah kepayahan untuk berdiri. Tidak ada salahnya meniru Jatim Park, kebun binatang dengan beragam permainan moderen. Mungkin sudah saatnya Bonbin menjadi Bandung Park. (*)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search