Kamis, 02 Juni 2016 | 14:51 WIB
Ganjar Pranowo. Tempo/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Semarang - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku pernah mengusir orang yang meminta uang kepadanya saat kampanye pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2013. Saat itu Ganjar menggelar kampanye di desa yang tidak dia sebutkan namanya.
"Saat saya menyampaikan visi dan misi, ada orang yang duduk di belakang dan berteriak: 'Pak Ganjar, tidak usah bicara banyak-banyak. Satu orang mau dikasih uang berapa?'," ujar Ganjar dalam acara evaluasi pilkada 2015 di Center For Election and Political Party (CEPP), gedung Gradhika, Jawa Tengah, Rabu malam, 1 Juni 2016.
Ganjar langsung naik pitam. Politikus PDI Perjuangan ini kemudian mengusir peminta uang tersebut dengan berteriak, "Saudara keluar! Jangan pernah memilih saya," kata Ganjar.
Setelah berteriak, Ganjar melanjutkan berkampanye. Menurut Ganjar, seusai acara kampanye, penduduk desa itu meminta maaf. "Mereka memandang peminta politik uang itu memperburuk citra komunitas masyarakat," ujar Ganjar. Belakangan, Ganjar tahu dia adalah preman kampung.
Ganjar mengakui saat ini politik uang dalam pemilu, termasuk pilkada, masih marak. Dia pernah mendatangi sebuah daerah. Di sana, ada calon kepala daerah yang menyiapkan uang hingga Rp 200 miliar untuk maju pilkada. Sebab, di daerah tersebut, tarif politik uang pencoblosan mencapai Rp 400 ribu per suara. "Tak hanya serangan fajar, tapi ada serangan dinihari, serangan tahajud, serangan dhuha," katanya.
Dengan menolak memberi uang kepada preman kampung itu, Ganjar, yang pernah menjadi anggota DPR, terpilih sebagai Gubernur Jawa Tengah, melawan kandidat petahana, Bibit Waluyo. Dalam pilkada sebelumnya, Bibit diusung PDI Perjuangan. Jawa Tengah memang merupakan lumbung suara PDI Perjuangan.
ROFIUDDIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar