Tertimbun Longsoran Tanah dan Terpental Lima Meter
Khasum, Zaenal dan Losin tak henti-hentinya bersyukur. Mereka adalah tiga warga RT3 RW 10 Dusun Wanarata, Desa Gumelem Kulon yang selamat dari longsor yang terjadi Sabtu (18/6) lalu. Bahkan, dua diantaranya sempat tertibun tanah longsor dan satunya terpental hingga lima meter. Lalu bagaimana caranya mereka selamat? PUJI HARTONO, Banjarnegara
Khasum duduk lemas di sudut ruangan di rumahnya Minggu (19/6) siang yang tak jauh dari lokasi longsor di RT3 RW 10 Dusun Wanarata, Desa Gumelem Kulon. Sesekali pria 33 tahun itu terlihat melamun sambil melihat tangan dan kakinya dipenuhi balutan perban putih guna menutup luka-lukanya.
Rupanya, luka itu juga ada di perutnya. Beruntung, saat tertimbun longsoran tanah, Khasum memakai helm sepeda motor miliknya. Sehingga kepalanya terlindungi dari ancaman benturan batu yang ikut terbawa tanah longsor.
"Saat membersihkan material longsor, itu hujan lebat. Sehingga saya berinisiatif memakai helm sepeda motor agar tidak sakit kepala," tuturnya mencoba mengingat-ingat kejadian yang merenggut tiga tetangganya itu.
Khasum mengaku rasanya masih tidak percaya dirinya diberi kesempatan bertemu lagi dengan anak dan istrinya. Sebab, saat tebing tinggi runtuh sekitar pukul 16.00 hari Sabtu lalu, ia tidak sempat melarikan diri bersama Wato, Sudarno Dasmin dan Ahmad Bahrudin yang akhirnya ditemukan tidak bernyawa lima jam kemudian. Sedangkan Losin yang juga terkubur bernasib sama dengannya bisa menyelamatkan sendiri.
Namun, saat tebing runtuh, Khasum mengaku sempat pingsan beberapa saat. Saat itu, kata dia, yang ada di kepalanya hanya bayang-bayang anak dan istrinya. Rupanya, keberuntungan masih ada di pihaknya. Ia pun langsung sadar dan tangannya terus menyingkirkan tanah-tanah di atas tubuhnya.
"Saya tidak tahu pasti berapa lama saya tertimbun longsoran tanah. Tetapi, saat bangun, di dalam mulut penuh dengan lumpur dan terseret sekitar empat meter," kata Khasum.
Saat bangun, 10 warga yang tadinya kerja bakti membersihkan material pun tidak terlihat. Dengan langkah 'sempoyongan', Khasum menjauhi lokasi longsor yang masih diguyur hujan. Setelah itu, dirinya baru sadar jika tetangga-tetangganya berdiri di tepi yang berlawanan darinya. "Karena hujannya masih deras, jadi banyak yang tidak berani mendekat. Takut ada longsor susulan," tuturnya lagi.
Nasib terhindar dari maut juga terjadi pada Zaenal. Remaja 18 tahun ini juga tidak sempat melarikan diri dari longsoran tanah. Meski tidak tertimbun longsoran, Zaenal terpental sejauh lima meter dan bersarang di pohon salak. Tidak heran, jika tubuhnya dipenuhi duri pohon salak.
"Awalnya mau lari, tetapi tidak sempat dan terseret lumpur sebelum kemudian terlempar ke bawah jembatan," kisahnya sambil terbaring di tempat tidurnya.
Remaja yang saat ini masih duduk di bangku SMK ini juga sempat tidak sadarkan diri untuk beberapa saat. Setelah terlempar, baru kemudian dirinya mendapat pertolongan dari para tetangganya yang sebelumnya, sama-sama membersihkan material longsor.
Rupanya, keberuntungan juga dialami Singgih Budi Lestari. Ya, bocah enam tahun ini selamat saat rumah milik Ny Tariwen di RT 7 RW 11 Dusun Wanarata, Desa Gumelem Kulon tertimbun. Padahal, akibat rumah Ny Tariwen tertimbun longsor tiga warga yang tengah berada di rumah tersebut tidak terselamatkan. Yakni Ny Tariwen, Riatin Fauzi serta Fina Sritanti.
"Begitu tahu Singgih Budi Lestari selamat, ayahnya yang tidak jauh dari lokasi langsung berlari menyelamatkan buah hatinya," terang kepala desa Gumelem Kulon Arief Machbun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar