Rabu, 15 Juni 2016

Kisah M Alwi Hafal 30 Juz Meski Buta Sejak Usia Empat Tahun

M Alwy Rosyidi

M Alwy Rosyidi

SEORANG pria berjubah biru langit terlihat duduk di salah satu sudut masjid. Dari mulutnya, terdengar lantunan ayat suci Alquran yang merdu di telinga. Dialah M. Alwi Rosyidi, muazin di masjid yang berlokasi tak jauh dari rumah dinas wali kota Palembang, Sumatera Selatan, itu.

Saat Sumatera Ekspres (PojokSatu Group) mengajaknya berbincang, dia pun berhenti mengaji. Perlahan, dengan dibantu seorang pengurus masjid, dia berpindah posisi untuk mencari tempat ngobrol yang tidak mengganggu jamaah lain.

''Untuk mengisi waktu selama Ramadan, saya berkesempatan mengulangi bacaan (Alquran, Red)," kata pria 52 tahun itu.

Mantan qori Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Tunanetra tingkat nasional itu hafal Alquran. Namun, Alwi tak mau disebut sebagai hafiz. ''Insya Allah ingat 30 juz," ujarnya, lalu tersenyum.

Berkah tersebut diperoleh Alwi dari ketekunannya. Bermula dari gangguan penglihatan yang dialaminya sejak usia empat tahun, Alwi tak dapat lagi melihat. ''Semua karena sakit," ucapnya.

Setelah kondisinya membaik, Alwi belajar mengaji dengan KH Abdurrahman. Tiga tahun lamanya dia berguru kepada sang kiai. Karena tak bisa melihat, dia belajar dengan mendengarkan gurunya saat mengaji.

''Setelah itu, saya ulangi sampai hafal ayat demi ayat," ungkap anak keenam di antara sembilan bersaudara itu.

Untuk lebih mengasah kemampuannya, Alwi, yang sempat ingin menjadi tentara, mondok di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Furqon, Bogor, Jawa Barat. Di sana dia belajar menyempurnakan tajwid dan irama bacaan. Sistem pembelajarannya sama, yaitu dengan mendengar.

Saat gurunya membaca Alquran, Alwi akan mengulangi dan menghafalkan bacaan tersebut. Hari demi hari dilaluinya di ponpes tersebut hingga tiga tahun berlalu.

Dia kemudian pulang ke Palembang dan bergabung dengan ikatan remaja Masjid Raya Taqwa dan Masjid Al-Ghazali. Kemampuan Alwi dalam mengaji pun mulai diketahui teman-teman di organisasinya.

Dia akhirnya ditawari ikut lomba MTQ tingkat kota dan berhasil menjadi juara. Setelah itu, dia melaju ke lomba tingkat provinsi yang digelar di Muara Enim dan lomba tingkat nasional pada 2000. ''Lombanya di Bandar Lampung, Lampung. Saya masuk 10 besar," tutur Alwi.

Karena ingin memberikan kesempatan kepada yang lain, Alwi vakum mengikuti lomba. Namun, dia terus didesak teman-temannya untuk kembali berprestasi. Pada 2006 Alwi kembali mencoba dan akhirnya masuk 10 besar dalam MTQ tingkat nasional di Kendari, Sulawesi Tenggara. "Itu yang terakhir. Selama sepuluh tahun terakhir ini, saya tidak mau ikut," jelasnya.

Alwi menyadari, sudah banyak bibit baru yang lebih bagus dan berkesempatan besar untuk maju. Meski begitu, dia tak meninggalkan hafalannya. Akhirnya, tahun lalu rezeki menghampiri. Bersama sang istri, Siti Muti'ah, Alwi diberangkatkan umrah oleh Gubernur Sumsel Alex Noerdin. Bahkan, pada 2012 dia kembali ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji.

Alwi menuturkan, ada dermawan yang menolong dan membiayai dirinya untuk menunaikan rukun Islam kelima tersebut. ''Itu berkah terindah yang tak berhenti saya syukuri," ujarnya.

Kini tak terasa sudah 30 tahun Alwi menjadi muazin di Masjid Raya Taqwa. Banyak orang yang belajar mengaji kepadanya. Alwi pun dengan senang hati membagi ilmunya. Namun, dengan keterbatasan fisik pada mata, dia terpaksa hanya menerima murid yang sudah bisa membaca Alquran.

Berkat kegigihan Alwi, banyak qori baru yang mulai unjuk prestasi di lomba tingkat kota. Bahkan, sebagian di antara mereka sudah mendapatkan pekerjaan.

(Khoirunnisak/JPG)

$ad_code = '

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search