BATAM.TRIBUNNEWS.COM, HOBART - Wajiran, seorang mahasiswa doktoral di Universitas Tasmania (UTAS), Australia, membagi kisahnya menjalankan ibadah puasa di pulau yang terpisah dari daratan Australia itu.
Satu hal istimewa yang dirasakannya di Tasmania adalah akses mushola di kampusnya terbuka selama 24 jam selama bulan Ramadan.
Menurutnya, petugas keamanan UTAS sudah memahami dan memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk keluar masuk di gedung tempat mushola berada.
"Saya kira ini adalah bentuk toleransi yang bagus untuk ditingkatkan, karena dengan demikian mahasiswa Muslim akan merasa aman dan nyaman dalam beribadah." kata Wajiran kepada wartawan ABC Australia Plus Indonesia L. Sastra Wijaya.
Wajiran tiba di ibu kota Tasmania, Hobart, pada Agustus 2014. Dia sebelumnya adalah dosen di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta dan saat ini sedang menempuh Program Doktor (S3) untuk jurusan Asian Studies.
"Jadi saya sudah tinggal di kota Hobart ini kurang lebih hampir dua tahun, tepatnya satu tahun sepuluh bulan." katanya.
Yang membedakan Tasmania dengan bagian Australia lainnya adalah musim dinginnya yang sangat menggigit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar