Jumat, 17 Juni 2016

Kisah Petualangan Pengemis 'Palsu'

Di bulan Ramadan, bulan suci yang penuh berkah ini, umat muslim sedang berlomba-lomba berbuat kebajikan. Banyak di antaranya memberikan sedekah kepada sesama yang kurang mampu, termasuk bersedekah kepada pengemis di jalanan. Tetapi siapa sangka, di antara pengemis tersebut, ada pengemis 'palsu', yang dalam operasionalnya (mengemis, red), ia menyetir mobil sendiri. Bahkan, pengemis tersebut juga memiliki kartu kredit. 

Muncuatnya kasus pengemis 'palsu' itu bermula ketika ada razia yang dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah beberapa hari lalu. Dari razia tersebut, petugas mengamankan beberapa pengemis dan gelandangan. Salah satu di antaranya adalah Arif Komady.

Dari hasil pemeriksaan para, pengemis yang bernama Arif Komady tersebut ternyata memiliki mobil, kartu ATM dan kartu kredit.

"Ada pengemis yang setelah diperiksa ternyata memiliki mobil sedan, kartu ATM dan kartu kredit. Selain itu juga ada beberapa pengemis lainnya yang terjaring," kata Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bima Ekawardhana.

Pengemis itu mengaku berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kepada petugas, Arif mengaku datang ke Sampit, ibukota Kotawaringin Timur, bersama istri dan anaknya untuk mengemis. Arif memang menderita cacat fisik sehingga membuat banyak yang iba kepadanya.

Mengendarai mobil sedannya, Arif mengaku dalam sebulan terakhir sudah mengemis di beberapa kota seperti Kapuas, Palangka Raya, Kasongan, Palsug Pangi dan Sampit. Ia mengaku mengendarai sendiri mobil sedannya untuk bertualang mengemis di beberapa kota.

Menurut Bima, razia digelar karena banyak laporan masyarakat yang merasa resah dengan makin banyaknya gelandangan dan pengemis di Sampit. Sebagian besar memang berasal dari luar Kotawaringin Timur.

Bima mengimbau masyarakat tidak memanjakan pengemis dan gelandangan dengan memberi mereka sumbangan. Menurutnya, masih banyak cara untuk menyalurkan sedekah yakni melalui lembaga-lembaga sosial resmi yang dapat dipertanggungjawabkan serta tepat sasaran.

Setelah tertangkap, tak ada sanksi khusus yang dijatuhkan pada Arif. Ia bersama para pengemis lain yang berasal dari luar Sampit diminta untuk kembali ke daerah asalnya.

Sementara itu Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menilai, fenomena maraknya pengemis saat Ramadan dan jelang lebaran adalah masalah klasik di kota besar.

Khofifah menyayangkan masih ditemukannya pengemis palsu seperti Arif. Dalam pandangan masyarakat menurutnya pengemis adalah orang yang kekurangan sehingga perlu dibantu.

"Ini benar-benar pengemis palsu dan baru diketahui setelah dilakukan penyisiran oleh petugas dan dari pengemis ditemukan satu unit mobil dan kartu kredit," kata Khofifah kemarin di Jakarta.

Menurutnya, keberadaan pengemisi ini harus menjadi perhatian bersama termasuk pemerintah dan para pemuka agama. Upaya sosialisasi dan pendidikan agama perlu ditekankan.

"Juga perlu keteladanan tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah," kata Khofifah. 

Mensos Kaget 

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa sempat kaget saat mengetahui ada pengemis kaya di Sampit yang memiliki mobil dan kartu kredit.

"Agak kaget saya ketika pengemis di razia di Sampit ternyata dia punya sedan dan kartu kredit, pengemis palsu ini," ujar Khofifah di Jakarta, Kamis (16/6).

Khofifah mengatakan, di sinilah tugas tokoh-tokoh agama dari agama apa pun untuk memberikan pemahaman kepada pengikutnya bahwa dalam ajaran agama bahwa "tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah", atau memberi lebih baik dari pada meminta-minta.

"Maka tokoh agama menjadi penting. Agama apa pun menyampaikan kepada pengikutnya bahwa tangan di atas lebih mulia dari pada di bawah," ujarnya.

Khofifah menjelaskan, berdasarkan Al Quran, pada hari akhir nanti, saat penghitungan amal ada bermacam-macam bentuk orang, misalnya, hanya kulit dan tulang. Mereka ini adalah yang hidupnya suka meminta-minta.

"Ini tugas tokoh agama untuk mengingatkan pengikutnya," ucap Khofifah.

Serbu Jakarta

Di awal-awalnya Ramadan ini, Kementerian Sosial mencatat sekitar 5.000 pengemis musiman sudah berada di wilayah DKI Jakarta. Mereka masuk ke ibu kota saat menjelang menjelang Ramadan.

Direktur Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial Kemensos Sonny W Manalu menyatakan kebanyakan pengemis musiman itu berasal dari Jawa Barat, sebagian dari kawasan Pantai Utara (Pantura) Jawa, Jawa Timur, dan dari Lampung.

"Dari pengalaman tahun-tahun lalu, penambahan pengemis musiman tinggi, bisa sampai 5.000 yang masuk ke Jakarta menjelang puasa," ujar Sonny di Jakarta.

Menurut Sonny, penanganan pengemis musiman memerlukan cara yang represif melibatkan aparat Satpol PP dan kepolisian karena kadang keberadaan mereka meresahkan.

"Caranya mereka harus dipulangkan paksa. Kita sudah lakukan ini misalnya Pemda DKI Jakarta memulangkan mereka dengan bus saat puasa dan kita bantu itu," tutur dia.

Para pengemis musiman itu biasanya berkumpul di sekitar masjid yang tempat orang banyak beribadah dengan harapan mereka memberikan sedekah.

Sonny mengamati, penanganan pengemis musiman itu seharusnya dilakukan dari hulu yaitu dari daerah asal mereka.

Pemerintah daerah asal seharusnya melakukan pencegahan misalnya dengan membuat program padat karya menjelang Ramadhan sehingga warganya tidak ada yang pergi ke daerah lain untuk mengemis.

Dengan padat karya, Pemda menyiapkan lapangan kerja mencegah mereka mengemis di daerah lain.

Menurut Sonny beberapa daerah sudah menerapkan itu tapi tidak berpengaruh signifikan.

"Karena memang ada beberapa daerah yang kulturnya seperti itu, bahkan ada yang orang tuanya memang mendukung. Kita tahu karena mereka ini berkelompok dan ada satu keluarga yang mengemis," kata dia. (tem/cnn/tit)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search