Tak ayal, pagi yang biasanya hening itu sontak beruabah menjadi gaduh. Salah seorang warga Kota Padang, Afrida (60), menuturkan, ketika gempa terjadi, dia baru saja selesai subuh dan hendak merebus air untuk membuatkan kopi untuk suaminya, Tarman.
Tapi cangkir itu tiba-tiba bergetar saat air hendak dituangkan. Apalagi, suara atap terdengar bergemuruh bagai guruh di kala hujan. "Saya pontang-panting keluar menyelamatkan diri," ungkap ibu lima anak ini kepada JawaPos.com.
Begitu kuatnya getaran, kata dia, sebuah kanopi yang terpasang di depan rumah pun terlihat seakan hendak runtuh. "Astaghfirullah," ujarnya mengucap asma Allah.
Namun diakuinya, meski goncangan terasa kuat, tapi gempa itu tidak sampai merusak rumahnya yang berada di kawasan Jalan Khatib Sulaiman, Padang Utara, Kota Padang. Pun halnya dengan rumah-rumah yang terletak di sekitar kediamannya tersebut.
Pengalaman lain dituturkan warga Kota Padang lainnya, Beni Chandra (36). Berbeda dengan Afrida, Benny mengaku Subuh itu merasakan goncangan di lantai rumah. Saat itu, dia hendak bersiap-siap mengantarkan anak ke sekolah. "Kalau kerusakan tidak ada. Cuma goncangan cukup lama. Ada sekitar 5 menit," ujarnya.
Sementara dampak dari gempa, kata Benny, tidak begitu terasa bagi masyarakat Kota Padang. "Di Painan (Ibukota Pesisir Selatan) mungkin banyak korban. Lokasi dekat sana," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar