Minggu, 19 Juni 2016

Membahas Peran Manusia Dalam Kisah Alkitabiah

TANGERANG, NETRALNEWS.COM - Universitas Pelita Harapan (UPH) kembali menjadi tuan rumah bagi 2nd International Christian Higher Education Conference (ICHEC), yang mengusung tema 'Finding Our Place in the Biblical Story'. Konferensi yang diselenggarakan pada 15-17 Juni 2016 lalu merupakan hasil kerjasama antara Universitas Pelita Harapan dengan Corban University dan Biola University dari Amerika Serikat.

Sedikitnya delapan negara terlibat dalam konferensi ini, yaitu: Indonesia, Amerika, Kanada,  Australia, Jerman, India, Korea dan Philipin.

Beberapa pembicara utama dalam konferensi ini di antaranya Dr. Michael W. Goheen,  Direktur Pendidikan Teologi, Missional Training Center, dan Profesor Teologi dan Misi, di Redeemer Seminary, Dallas, Texas, Miriam Adeney Ph.D., antropolog, ahli misi, dan seorang penulis Kristen, Scott Moreau, D. Miss.,  Associate Academic Dean dari Wheaton College Graduate School, sekaligus Guru Besar Studi Antarbudaya, dan Dean Yamada, Sutradara sekaligus pengajar di Biola University, USA.

Konferensi ini diawali dengan sesi yang dibawakan Dr. Michael W. Goheen, dengan topik Which God Will Your School Serve? Pertanyaan tersebut merupakan tantangan yang dihadapi para pendidik Kristen saat ini.

Goheen menjelaskan tantangan utama masyarakat pada jaman ini adalah humanisme modern Barat dalam bentuk ekonomi global. Paham ini berdampak pada keyakinan masyarakat global yang menempatkan harta dan kekayaan sebagai tujuan hidup utama, yang akhirnya memengaruhi standard pencapaian pendidikan pada era ini. 

Dr. Miriam Adeney membawakan topik Kingdom Stories and The University, memaparkan keberadaan manusia di tengah masyarakat dan dunia yang merupakan bagian dari kisah agung kerajaan Allah.

Ia mengawali kisah penciptaan manusia, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dengan pikiran, moral dan kreatifitas supaya dapat belajar dan dapat mengerti Allah dan karya-Nya. Karena itu belajar adalah salah satu bentuk perwujudnyataan manusia dalam memuji Allah. Dengan segala anugerah tersebut manusia harus melayani Allah dan sesama dengan cara mengajar.

Dalam konteks di dunia pendidikan, Adeney menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan yang Allah tetapkan bagi manusia, seorang pengajar Kristen harus berkontribusi dalam membentuk dan mengembangkan pandangan Kristen siswa-siswanya dengan memilih cerita Allah sebagai cerita yang tepat sebagai dasar pengajarannya.

Cerita Allah adalah sebuah cerita agung yang terbentuk dalam susunan yang tepat, memiliki koherensi satu dengan yang lainnya, dan terbentuk dalam satu kesatuan yang utuh tentang kebesaran Allah.

Lebih lanjut Dean Yamada, membawakan tema seputar sinematografi. Ia memperkenalkan elemen-elemen visual dalam menyutradarai sebuah film. "Film adalah sebuah cara bagi saya, untuk mengekspresikan diri, dan memuliakan Tuhan melalui seni, dan melalui identitas diri", ungkap Yamada mengawali pemaparan.

Yamada menjelaskan menyutradarai film pada dasarnya sama dengan bercerita. Ia menjelaskan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan  film yaitu Visual Grammar, bekerjasama dengan pemeran, dan kepemimpinan. Tentunya dalam menyutradarai film ada komponen lain yang mendukung yaitu  ruang, garis, warna, tone, pergerakan, ritme, dan juga keinginan yang selalu ada dalam setiap momen manusia.

Selain memberikan penjelasan tersebut, Yamada juga memberi korelasi antara ilmu sinematografi dengan pandangan alkitabiah, dimana baginya iman atau keyakinan seseorang akan tercermin dari karyanya.

"Saya orang Kristen, saya cinta Yesus, dan saya hidup dengan cara-cara Kristen. Maka saya yakin iman saya akan terlihat jelas dalam setiap karya saya, tanpa harus ditunjukkan secara terbuka", kata Yamada dengan tegas."

Peserta konferensi juga diajak untuk memvisualisasikan Kristus dalam ruang kelas, yang disampaikan oleh Scott Moreau, D. Miss., dalam tema 'Imagining Christ in The Classroom'. Ia menjelaskan tujuh dimensi yang memengaruhi gambaran Kristus, yaitu sosial, mitos, etika, ritual, supernatural, doktrin dan pengalaman. 

Keragaman budaya dalam masyarakat memengaruhi cara masyarakat memvisualisasikan Kristus.  Oleh sebab itu ia mendorong para pendidik untuk memiliki kemampuan menggabungkan dimensi-dimensi tersebut dalam memvisualisasikan Kristus kepada anak didiknya.

Melalui rangkaian konferensi 2nd ICHEC ini, Rektor UPH Dr. (Hon) Jonathan L. Parapak, M.Eng.Sc., berharap akan terus memberi ruang berdiskusi berkelanjutan yang mampu memperlengkapi kita semua dalam mengejar pendidikan holistis yang transformatif dan berkualitas. Terlebih Rektor melihat keadaan setiap manusia saat ini sungguh lapar akan pendidikan berkualitas, dan tidak hanya menawarkan pendidikan sekuler.

"Dalam lingkungan demikian, kita perlu kejelasan dalam panggilan dan alasan keberadaan kita. Kami di UPH berjuang menawarkan 'pendidikan Kristen yang holistis dan transfornatif', dimana kami harap ini semua dapat memberi dampak bagi mahasiswa kami, untuk mempersiapkan mereka menjadi generasi yang diperlengkapi 'harapan' untuk masa depan. Semoga seluruh partisipan terberkati oleh konferensi ini." jelas Rektor UPH.


Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search