
Gunawan Garnida (Abimana Aryasatya) divonis menderita kanker. Ia dan istrinya, Itje (Ira Wibowo), merahasiakan hal ini dari kedua anaknya.
Gunawan sedih karena ia tidak akan bisa mengantar kedua anaknya untuk beranjak dewasa. Demi mengatasi hal tersebut, ia membuat sejumlah video yang berisi pesan-pesannya untuk ke-dua buah hatinya, Satya (Arifin Putra) dan Cakra (Deva Mahenara).Pesan tersebut mereka tonton setiap hari Sabtu, usai pulang sekolah.
Mereka menyerap dengan baik pesan yang disampaikan oleh sang ayah, hingga ke-duanya beranjak dewasa.
Satya berhasil lulus dari ITB dan menikah dengan Rissa (Acha Septriasa). Sedangkan Cakra, ia masih saja melajang.
Sementara ke-dua anaknya sibuk bekerja, Bu Itje tinggal di Bandung bersama dengan bibi.
Baik Satya, Cakra, maupun Bu Itje, semua memiliki kisahnya masing-masing.
Satya dan Rissa harus berjuang membangun keluarga mereka dengan segala prinsip dan masalah yang ada dalam rumah tangga.
Cakra pun terus berjuang untuk mencari perempuan yang mau menjadi pendamping hidupnya.
Begitu pula Bu Itje, yang tetap berusaha membuat anak-anaknya tenang dan bahagia, meski harus menyimpan rahasia mengenai penyakitnya.
Kisah dalam film ini sangat sesuai dengan yang tertulis dalam novel karya Adhitya Mulya.
Memang ada beberapa lokasi yang tidak sesuai, hanya saja itu sama sekali tidak mengganggu jalan film ini. Begitu juga dengan efek jadul yang digunakan pada kamera.
Secara keseluruhan, semua pemain dalam film ini mampu membawa karakter dalam novel menjadi sangat nyata.
Saat penayangan perdana pada Jumat (1/7), tidak hanya awak media dan sejumlah undangan saja yang hadir, tapi juga ada komunitas tunanetra yang ikut menonton film tersebut.
Beberapa penyandang tuna netra duduk 'menonton' film dengan didampingi para sukarelawan yang berbisik menjelaskan jalan cerita film tersebut.
Saat ditemui di acara konferensi pers, Adhitya berujar, "Karena Sabtu itu dulu [kalau] pulang sekolah lebih cepet. Selain itu, di ketiga kata itu [Sabtu Bersama Bapak] ada huruf B, jadi lebih mengalun."
Adhitya juga merasa belakangan ini, belum ada film maupun novel yang secara khusus mengangkat cerita tentang sosok ayah. Ia sendiri terinspirasi kegelisahannya saat ini: pesan-pesan yang akan diajarkan untuk kedua anaknya.
"Kalau dulu stage saya di tahun 2004 itu jomblo, jadi menulis tentang itu. Sekarang stage-nya udah beda lagi," katanya.
Novel karya Adhitya inilah yang akhirnya membuat Ody Mulya Hidayat dari rumah produksi Max Picture tertarik untuk mengadaptasi ke layar lebar.
Novel yang selama dua tahun telah dicetak ulang sebanyak 22 kali itu membuat sang produser yakin untuk menggarapnya.
"Saya suka banget dengan ceritanya. Cerita keluarga yang pesannya kuat. Sosok ayah yang tetap pengin mendampingi anaknya walaupun [dia] sudah enggak ada. Film ini komplet. Ada romance-nya, ada dramanya, ada komedinya juga," ujar Ody saat konferensi pers.
Saat ini, film Sabtu Bersama Bapak sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan Anda.
(ard/ard)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar