Rabu, 27 Juli 2016 | 16:38
Analisadaily (Medan) - Tepat beberapa hari lalu di bulan Juli 2016, datang seorang siswa SMA berprestasi yang menyandang predikat sebagai Juara 3 Olimpiade Matematika tingkat Provinsi Sumatera Utara dan selalu menjadi ranking 1 sejak SMP hingga SMA.
Dia adalah calon mahasiswa baru Unimed yang lulus jalur SBMPTN Tahun 2016 dengan Beasiswa Bidikmisi ke Program Studi Pendidikan Matematika. Sesampainya di Unimed, atas arahan humas kemudian dia dibawa ke kantor tim penyelaras/SP4 Unimed hingga terjadilah diskusi ringan dan santai antara keduanya.
Calon mahasiswa baru tersebut bernama Dandy Mandalahi, lulusan SMA swasta di Kota Siantar dan berasal dari Kabupaten Dairi.
Anak seorang petani sayur biasa dengan luas tanah lebih kurang 2 rantai, panen setiap tiga bulan, hidup penuh kesederhanaan di daerah jauh dari kota. Penghasilan per bulan juga tidak banyak, hanya rata-rata Rp 2.500.000. Memiliki rumah permanen dengan ukuran 7 x 10 m persegi dan 5 bersaudara.
"Saya diikutkan oleh sekolah untuk mengikuti jalur SBMPTN 2016 dengan tidak minta persetujuan kedua orang tua. Mungkin kepala sekolah saya berpikiran kalau saya tidak mampu, makanya saya diusulkan untuk mendapatkan beasiswa bidikmisi. Saya juga berpikiran jika dapat beasiswa bidikmisi maka tidak akan memberatkan orang tua dalam kuliah, itu pikiran saya. Lantas setelah saya lihat pengumuman SBMPTN tanggal 28 Juni 2016 secara online, puji Tuhan saya lulus di Unimed pada Prodi Pendidikan Matematika yang saya tau dari internet untuk masuk ke prodi tersebut sangat susah, karena tingginya persaingan," ujar Dandy.
Kemudian dengan rasa bangga dia pulang untuk melaporkan kepada ayah dan ibu bahwa dirinya telah lulus di Universitas Negeri Medan.
Lantar ayahnya berkata, "syukurlah nak kau lulus di PTN, semoga kau bisa sukses setelah kuliah nanti di Unimed. Kami orang tuamu mudah-mudahan mampu membiayai kau untuk kuliah tersebut," kenang Dandy menirukan ucapan ayahnya.
"Saya dapat beasiswa bidikmisi yah, beasiswa ini menanggung uang kuliah per semester dan biaya hidup sampai tamat."
Lalu si ayah berkata "Apa dapat beasiswa? kenapa dapat beasiswa itu? kan itu seharusnya untuk siswa berprestasi dan orang tuanya tidak mampu secara ekonomi. Ayah dan emak mu ini masih mampu kok membiayai kau kuliah sampai tamat, biar pun kami petani sayur, tapi kami rasa masih mampu untuk membiayai mu. Begini aja, besok kau ke kampus Unimed, jumpai orang-orang disana yang menangani uang kuliah, sampaikan bahwa kau mengundurkan diri saja dari menerima beasiswa bidikmisi itu, biar dialihkan kepada orang yang benar-benar membutuhkan beasiswa itu. Kau jangan takut, ayah dan emak mu masih sanggup kok membiayai kau kuliah sampai tamat. Janganlah kau ambil hak orang lain itu, gak bagus, dosa kita nak. Mintalah ke Unimed ketetapan uang kuliah seperti mahasiswa biasa lainnya, biar saja kampus kau nantinya itu yang mutuskan kau dapat uang kuliah berapa dengan penghasilan yang tadi itu," kisah Dandy.
Pihak kampus, melalui salah seorang staf tim penyelaras yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, luar biasa anak dan orang tua seperti ini, suatu sikap dan teladan yang bernilai tinggi dalam kehidupan kita sekarang ini. Ternyata masih ada orang yang menjunjung tinggi nilai kebaikan dalam hidupnya.
"Kami menerima usulan saudara untuk mengundurkan diri dari penerima bidikmisi, akan kami sampaikan kepada pimpinan untuk diambil kebijakan sebaik mungkin, karena memang masih banyak mahasiswa baru yang lulus ke Unimed awalnya mengusulkan beasiswa bidikmisi, namun karena kouta berbatas, maka ada sebagian pendaftar tidak dapat beasiswa tersebut. Pastinya pimpinan akan mengalihkan beasiswa bidik misi ini kepada mahasiswa baru yang benar-benar membutuhkan. Silahkan tunggu tanggal 28 juli 2016 setelah kami konsultasikan kepada pimpinan, pada tanggal tersebut saudara bisa langsung membayarkan uang kuliahnya di kantor BNI dimana saja," kata staf tersebut.
Ini suatu kisah yang sangat inspiratif, semoga dapat menjadi pelajaran bagi semua karena sangat jarang kita temukan dalam kehidupan ada orang mampu pada saat mendapatkan bantuan atau sejenisnya menolak bantuan tersebut, dengan mengatakan maaf saya tidak layak menerima bantuan tersebut karena saya mampu, masih ada orang lain yang layak menerima bantuan tersebut.
(eal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar