POJOKSUMUT.com, KABAR tersebut didengar Mettu Duaramuri entah dari mana. Yang pasti, kapten Persipura Jayapura itu segera mendekati gelandang Persebaya Surabaya Seger Sutrisno yang sama-sama berada di tengah lapangan.
MIFTAKHUL F.S., Surabaya
"Kakak, golnya kurang," kata Mettu. "Lho, jangan ngomong ke saya. Sana ke kapten," kata Seger.
Sementara percakapan itu terjadi, laga Persebaya versus Persipura di Gelora 10 Nopember, Surabaya, terus berlangsung. Mutiara Hitam –julukan Persipura– sudah unggul 8-0 atas Green Force, sebutan Persebaya.
Tapi, Mettu merasa kemenangan tersebut belum aman. Di era ketika telepon seluler, apalagi internet, belum ada, tiba-tiba saja dia mengaku "mendengar" kabar di Makassar bahwa PSM sudah menang 6-0 atas Perseman Manokwari.
Kalau sampai menang lebih banyak daripada Persipura, PSM Makassar-lah yang akan lolos ke babak enam besar Kompetisi Perserikatan.
Karena itu, atas saran Seger tadi, Mettu pun berlari-lari kecil mendekati Muharram Rusdiana, kapten Persebaya. Mengulang apa yang dia sampaikan ke Seger. Konklusi dari diskusi di tengah pertandingan itu, disepakati perlu tambahan empat gol lagi.
"Jadilah (kiper Persebaya, Red) Usnadi terbang ke atas saat bola ditendang ke bawah. Dan jatuh ke bawah ketika bola ditendang ke atas," kenang Seger yang disambut tawa hadirin di peluncuran buku Sepak Bola Gajah Paling Spektakuler karya duet Slamet Oerip Prihadi dan Abdul Muis di JX International, Surabaya, Rabu (29/6).
Buku karya dua mantan wartawan Jawa Pos tersebut memang mengungkap kisah-kisah di balik salah satu peristiwa paling menghebohkan di persepakbolaan nasional itu: mengalahnya Persebaya 0-12 kepada Persipura.
Rekor dunia "sepak bola gajah" yang tercipta pada 21 Februari 1988 tersebut dirancang dengan tujuan utama: membalas dendam kepada PSIS Semarang, musuh terbesar Persebaya ketika itu.
"Meski rekor dunia, ternyata tak mudah menuliskannya. Data minim. Jadi, kami juga harus menemui kembali para pelaku sejarah itu," kata Suhu, sapaan akrab Slamet Oerip Prihadi.
Menengok kembali peristiwa kekalahan selusin gol itu sekarang, jelas Suhu, tidak dimaksudkan sebagai glorifikasi atas sesuatu yang oleh semua pelakunya diakui melanggar fair play. Melainkan upaya mendokumentasikan sebuah peristiwa besar di persepakbolaan tanah air sebagai tempat berkaca kelak.
Bagi para mantan pemain Persebaya yang menjadi pelaku sejarah, sepak bola gajah memberi mereka kesempatan guyon atas berbagai kejadian mengundang tawa di sekitar peristiwa tersebut.
"Saya ingat betul, saat itu, tiga hari sebelum pertandingan, kami dikumpulkan Pak Agil (Agil H Ali, manajer Persebaya kala itu, Red) di Hotel Majapahit," ungkap Muharram.
Almarhum Agil memang bisa dibilang "otak intelektual" sepak bola gajah tersebut. Di hadapan semua pemain Persebaya, Agil menegaskan bahwa Green Force harus menyelamatkan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Caranya ialah memberikan kemenangan kepada Persipura. Atau dengan kata lain Persebaya harus mengalah di depan pendukung sendiri.
Agil berargumen, Indonesia bisa goyah kalau warga Irian Jaya (kini Papua) dibiarkan larut dalam kesedihan seiring terdegradasinya Perseman. Dan, di sisi lain, Persipura tidak lolos ke 6 besar Kompetisi Divisi Utama.
"Kata Pak Agil, permintaan ini tidak hanya datang dari pengurus Persebaya. Tapi juga dari seluruh masyarakat Surabaya," ungkap Muharram.
Para pejabat di Surabaya dan Jawa Timur juga menginginkan itu. "Bahkan, kata Pak Agil, maaf, para pelacur di Dolly saja menginginkan kami ngalah demi NKRI," sebut Muharram yang disambut tawa hadirin.
Permintaan tersebut tidak hanya disampaikan melalui lisan, tapi juga tulisan. Agil menunjukkan surat-surat itu kepada para pemain.
"Kami tersentuh dengan itu. Meski belakangan kami tahu bahwa sebagian surat itu ditulis sendiri oleh Pak Agil hehehe," tambah Mustaqim, mantan pemain Persebaya lainnya dalam acara yang sama.
Namanya diminta turut menyelamatkan negara, jelas semua bersepakat. Tapi, bersepakat itu ternyata tidak berarti semua mau turun ke lapangan.
"Saat Pak Agil bilang siapa yang mau main, saya spontan angkat tangan. Eh, setelah lihat kanan-kiri, lha kok saya sendirian (pemain senior, Red) yang ngacung," aku Muharram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar