RIO DE JANEIRO, BRASIL Suporter Indonesia saat pertandingan final bulu tangkis ganda campuran di Olimpiade Rio de Janeiro memang luar biasa. Sepanjang pertandingan, teriakan dan sorakan penyemangat untuk kedua atlet tak henti-hentinya meriuh. Warna Merah Putih mewarnai seisi stadion Paviliun 4 Kompleks Riocentro, Rio de Janeiro.
Dari ratusan pendukung Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir itu terselip puluhan orang yang merupakan anak buah kapal (ABK). Mereka datang dari jauh, menempuh perjalanan jauh, menghabiskan waktu lama, hanya untuk mendukung Indonesia agar tampil menjadi juara. Sejak berada di depan pintu masuk venue pertandingan bulu tangkis, semangat mereka membulat. Indonesia harus menang melawan Malaysia.
Dukungan harus dilakukan total, termasuk memberi goresan Merah Putih di wajah-wajah mereka. Keriuhan mereka terjadi sepanjang mereka menunggu tiket dari Kontingen Indonesia. Tim Chef De Mission (CDM) dan KBRI di Brasilia sudah menjanjikan tiket gratis kepada mereka. Sebanyak 40 Anak Kapal Perusahaan Kapal Norwegian Cruise Line (NCL) semakin bersemangat saat Tim Kontingen memberi atribut. Penjaga pintu masuk venue sampai dua kali menegur mereka.
Hingga Anak Melayu, sebutan lain ABK, harus sedikit menggeser posisi mereka berkumpul lebih ke tengah halaman agar tidak menghalangi jalan masuk menuju jalur antrean masuk ke venue pertandingan. Salah satu Anak Kapal, Dadang, yang dianggap senior meminta mereka untuk tetap tenang, sembari membagi balon 'keprok', baju Merah Putih, bendera Merah Putih kecil maupun atribut lain.
Semua mendapat satu atribut. Tak semuanya merata karena Tim Kontingen hanya membawa atribut terbatas. Kepada Republika, Dadang menceritakan, butuh
minimal dua jam perjalanan dari pelabuhan tempat mereka kerja untuk sampai ke Riocentro. Perjalanan harus dilakukan dengan berganti-ganti moda.
Dari pelabuhan di Rio de Janeiro, mereka dapat menaiki kereta menuju stasiun untuk berganti kereta bawah tanah.
Setelah itu, mereka harus menunggu BRT (Bus Trans), yang sudah terkoneksi dengan ketera bawah tanah, menuju Riocentro. Sebagian besar dari kami masuk (kerja) malam, tapi sebagian lagi izin dengan menunjukan surat dari KBRI, tutur Dadang kepada Republika. Rombongan yang berangkat terbagi menjadi beberapa kelompok terbang (kloter). Rombongan pertama yang memang sedang libur, berangkat paling pagi.
Selanjutnya, rombongan kedua mereka yang mendapat jam kerja malam sampai pagi, berangkat agak siang. Sebagian lagi izin berangkat paling akhir.
Dadang mengungkapkan, selesai pertandingan final bulu tangkis, mereka langsung pulang untuk kerja lagi. Pekerjaan mereka adalah melayani tamu kapal pesiar yang memang sedang disewa panitia olimpiade untuk menyediakan hotel bagi beberapa negara peserta multievent terbesar di dunia itu.
Anak kapal lain, I Gedhe Putra, menceritakan, ada sekitar 170 Anak Melayu yang bekerja di perusahaan NCL. Seluruh Anak Melayu berjumlah 250-an orang, terdiri dari orang Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Myanmar. Paling banyak memang berasal dari Indonesia. Yang dari Indonesia, didominasi dari wilayah Bali, Malang (Jawa Timur), Solo (Jawa Tengah), dan Yogyakarta.
Gedhe Putra mengatakan, anak kapal sebenarnya sudah mengetahui akan ada olimpiade di Rio de Janeiro. Sebab, sudah setahun lalu kapal tempatnya bekerja sudah dipesan untuk menyediakan hotel bagi sebagian atlet, terutama atlet Amerika Serikat (AS). Gedhe Putra menceritakan dengan bangga pernah bertemu dengan petinju AS, Floyd Mayweather, di kapal.
Juga artis-artis negeri Paman Sam itu sering terlihat menginap di kapal yang menyediakan banyak kamar hotel berbintang di dalam kapalnya. Gedhe Putra mengatakan, menyaksikan laga bulu tangkis di Olimpiade Rio mirip seperti mudik. Sebab waktu mereka untuk menginjakkan kaki di tanah ibu pertiwi memang bisa dihitung dengan jari.
Namun, darah mereka masih Merah Putih. Karenanya, mereka dengan senang hati membela Indonesia di negeri asing. Termasuk dengan memberikan waktu
yang sangat sedikit dari jam kerja di kapal untuk datang ke stadion Paviliun 4 kompleks Riocentro mendukung Owi dan Butet berjuang mengalahkan duet Malaysia. Kami semua berharap Indonesia juara dan membawa pulang medali emas, tutur Gedhe Putra. Perjuangan mereka tak sia-sia.
Owi/Butet menjadi dua atlet dari Indonesia yang mampu menyambung kembali tradisi emas di cabang olahraga bulu tangkis. Terlebih, kemenangan itu tepat di hari saat Indonesia menyatakan merdeka pertama kali 71 tahun silam. Oleh Agus Raharjo wartawan Republika dari Rio de Janeiro, Brasil, ed: Abdullah Sammy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar