Rabu, 03 Agustus 2016

Kisah Dua Ribu Bonek Geruduk Jakarta Demi Persebaya

Jakarta, CNN Indonesia -- Tak mudah untuk mengatur akomodasi dua ribu orang. Apalagi gerombolan tersebut adalah pendukung klub sepak bola Persebaya 1927, Bonek.

Sesuai namanya yang berarti Bondo Nekat, apapun dilakukan untuk klub kesayangan mereka, bahkan menempuh perjalanan sejauh hampir 800 kilometer memperjuangkan nasib Bajul Ijo.

Sejak Jumat (3/8), Bonek sudah tiba di Jakarta. Dengan bekal pas-pasan, mereka hendak melancarkan aksi protes pada PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga agar Persebaya 1927 kembali diikusertakan dalam kompetisi resmi. Kembali diakui sebagai anggota PSSI.

Beruntung mereka dapat respons positif, meski masih sekadar janji bahwa nasib mereka akan dibicarakan di Kongres 17 Oktober mendatang. Yang penting, perjalanan mereka tak sia-sia ke ibu kota.

Angga Hadi (20) adalah laki-laki asal Tambak Mayor, Surabaya yang cukup puas dengan perjuangan Bonek di Jakarta. Ia berangkat bersama 20 temannya pada Minggu (31/7) malam menggunakan truk.

Ia tiba di Semarang pada Senin (1/8) pagi dan kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan kereta api hingga sampai di stasiun Pasar Senen pukul sepuluh malam. Dari sana, mereka naik Metro Mini ke Stadion Tugu untuk bermalam sampai hari ini (3/8).

Ketimbang tidur di dalam stadion, Angga lebih memilih istirahat di emperan sebuah toko dekat stadion. Alasannya agar lebih mudah mencari makan.

Bonek sebenarnya sudah mendirikan dapur umum untuk seluruh rombongannya yang berjumlah sekitar 2.000 orang di area Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan.

Namun karena kawasan tersebut belakangan diketahui digunakan untuk Forum Ekonomi Islam Dunia, maka sebagian Bonek mesti pindah ke Stadion Tugu dan sebagian lainnya tetap di Senayan karena sudah terlanjur membuat dapur umum.

Setiap hari makanan dikirim dua kali sehari dari Senayan ke Stadion Tugu yang berjarak 29 kilometer menggunakan angkutan kota (angkot). Menunya sederhana asal mengenyangkan. Cukup nasi bungkus berlauk telur dan mi dan segelas air putih.

Satu porsinya dibagi bersama oleh dua atau tiga orang.

Bila ingin membersihkan diri, Angga biasanya menggunakan sebuah kamar mandi di pos jaga yang tak jauh dari emperan toko tersebut. Sementara di dalam stadion, juga tersedia beberapa kamar mandi darurat.

Beberapa di antara mereka pun ada yang memilih untuk tidak mandi. Kendati begitu, mereka tetap menikmati kondisi yang ada dengan segala keterbatasannya.

"Bagi Bonek, kunjungan kami ke Jakarta ini bukan hanya untuk unjuk rasa. Tapi untuk silahturahmi. Selama tidak ada Persebaya 1927, kami jadi jarang berkumpul dengan teman-teman. Kami juga kangen tribun," kata Angga yang hanya membawa sekitar Rp120 ribu untuk empat hari di Jakarta.

Selain Angga, ada juga Adha Arfian Hamid (19) yang berharap agar Persebaya 1927 dapat bermain seperti dulu kala.

"Semoga dengan kembalinya Persebaya 1927 nanti, persepakbolaan Indonesia pun bisa jadi lebih baik," katanya.

Ribuan Bonek tersebut diperkirakan akan sepenuhnya meninggalkan Jakarta besok (4/8). Namun bila PSSI tak menepati janji, bukan tidak mungkin Bonek kembali ke Jakarta dengan jumlah yang lebih besar.

"Kalau ternyata hanya janji saja, kami akan kembali lagi ke sini (Jakarta)," ujar Angga.

(vws)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search