Secara harafiah, Eau Rouge bisa diartikan sebagai "air merah". Warnanya memang berbeda dari sungai kebanyakan karena komposisi tanah dan bebatuan yang terdapat di bawah aliran sungai.
Di masa lalu, warna merah Eau Rouge pernah bercampur dengan merah darah para prajurit yang bertempur di Perang Dunia kedua. Sungai sepanjang 15 kilo meter ini memang terletak di hutan Ardeness yang menjadi perbatasan antara Belgia dan Jerman. Pada Desember 1944, Ardeness dan Eau Rouge menjadi saksi bisu salah satu pertempuran paling besar antara pihak Sekutu dan tentara Jerman.
Kini kisah Eau Rouge adalah soal kecepatan dan nyali menjajal salah satu sirkuit tercepat di dunia.
Didirikan pada 1921 silam, dan pertama kali digunakan untuk Grand Prix pada 1925, Spa-Francorchamps adalah satu dari beberapa sirkuit klasik di Eropa selain Monza, Monaco, atau Silverstone.Sirkuit-sirkuit ini lahir dari jalanan umum. Bukan melalui suatu proses perancangan rumit yang memperhitungkan demikian banyak faktor layaknya sirkuit modern saat ini. Bukan pula diukir dari suatu area yang benar-benar kosong sebagaimana yang terjadi Bahrain atau Qatar.
Sirkuit yang biasanya memiliki lebar lintasan yang pendek itu sering kali mengikuti topologi bumi. Membelah hutan atau mendaki bukit sekalipun.
Mereka lahir bertepatan --serta sangat terkait-- dengan kebangkitan industri mobil Eropa. Salah satu cara untuk menguji keandalan mesin mobil memang dengan menggunakan ajang balapan, sehingga muncul desakan untuk menciptakan berbagai jenis lomba, mulai dari untuk menguji ketahanan (endurance) hingga untuk mengetes kecepatan mobil.
Spa-Francorchamps adalah salah satu di antaranya. Trek sirkuit ini melintasi dua lingkungan yang berbeda, yaitu area hutan Ardeness yang berbukit-bukit di bagian utara, dan trek-trek lurus di bagian selatan yang melewati wilayah pedesaan.
Dengan mobil-mobil yang belum mengenal sistem aerodinamika secara optimal hingga awal 1990-an, balapan di Spa terkenal sebagai salah satu balapan paling berbahaya -- dan menjadi tantangan bagi mereka yang ingin menobatkan dirinya sebagai pebalap terhebat.
Saking berbahayanya, pada 1970 silam Spa bahkan pernah 13 tahun dinyatakan tak boleh menggelar balapan, sampai akhirnya sirkuit itu mengalami beberapa perbaikan untuk menjamin keselamatan pebalap.
Sirkuit Spa membelah Hutan Ardeness di Spa, Belgia. (CNN Indonesia Rights Free/ Dok. Manor Grand Prix Racing Ltd) |
Tanah Suci Formula 1
Di bagian utara Spa terdapat tikungan Eau Rouge-Radillion yang merupakan kombinasi turunan - tikungan ke kiri (Eau Rouge) di lekuk dasar bukit - tanjakan curam - tikungan ke kanan (Radillion). Kombinasi inilah yang hingga saat ini masih dianggap sebagai 'tanah suci' Formula 1.
Sejak pertama kali sirkuit ini didirikan, setiap pebalap berusaha keras menaklukan tikungan tersebut. Sebuah roller-coster yang harus dilalui dengan kecepatan 230 kilo meter per jam. Atau, setidaknya mereka berusaha agar tidak kehilangan kendali mobil dan bergerak melebar ketika mencapai puncak Radillion.
Para pebalap sendiri akan mendapatkan sensasi keindahan, ketika mencapai puncak Radillion, yaitu disambut langit biru yang cerah dengan pepohonan besar di kanan dan kiri mereka.
Salah satu pebalap terbaik sepanjang masa, Michael Schumacher, menyebut Spa sebagai favoritnya.
"Spa adalah sirkuit yang dipenuhi tradisi, dan melintasinya pada bagian-bagian seperti Eau Rouge, Blanchimont, dan yang lainnya membuat saya merasakan banyak hal," kata Schumacher.
"Perasaan kepuasan yang sangat besar yang menegaskan kemampuanmu mengendalikan mobil balap pada batasan maksimal, dan ketika melakukannya Anda merasa tertantang secara ekstrem."
"Jika menggunakan mobil-mobil di masa lampau, mengemudi melewati Eau Rouge sederhananya bisa dikatakan sangat sensasional. Mobil-mobil mereka sangat berdekatan dan di momen selanjutnya, sirkuit itu membawa Anda seolah terbang ketika melewati turunan dan tanjakan, dan melakukannya pada kecepatan maksimum adalah seperti seorang yang sedang men-juggling bola di ketinggian. Jadi sensasinya sangat hebat, dan di saat bersamaan Anda juga memiliki perasaan bahwa Anda mampu melakukannya. Itu adalah perasaan penegasan terhebat, perasaan terhebat yang bisa dimiliki seorang pebalap."
Sementara itu, Mark Webber mengatakan bahwa setiap orang setidaknya sekali dalam hidup mereka harus datang ke Spa dan melihat balapan secara langsung.
"Ini adalah salah satu trek klasik yang membuat Anda merasa bahwa mobil F1 pantas berada di sana."
Selain tantangan kecepatan, hujan juga menjadi bagian tak terpisahkan dari Spa terutama karena cuaca memang sering kali tak bisa diprediksi di sana. Lalu, ada juga kondisi mikro-iklim hutan Ardeness yang menyebabkan adanya hujan rintik di sebagian lintasan, dan kondisi kering di bagian lainnya.
(vws)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar