Kisah inspiratif Soetantyo biasa diakrab disapa Pak Yoyo. Dialah sosok Mukidi dalam kesunyian.
Harianjogja.com, SOLO — Markonah pulang ke rumah melihat Mukidi suaminya masih memegang koran. Markonah: Mas Mukidi, aku sebagai istri ingin sekali seperti koran yang kamu pegang. Mukidi: Aku juga berharap begitu..tiap hari nanti bisa ganti baru.
Itulah salah satu cerita lucu Mukidi yang dikirimkan Soetantyo Moechlas, kepada Solopos.com, Sabtu (27/8/2016) pagi via Whatsapp. Mukidi, tokoh fiksi yang kini menjadi fenomena baru di media online. Petualangan lucunya bisa membuat netizen (pengguna internet) tertawa lebar atau setidaknya mengulas senyum.
Baca Juga:
Kreator Tokoh Mukidi
Kumpulan Meme Mukidi
Kumpulan Cerita Lucu Mukidi
Buku Mukidi
Petualangan Mukidi sebenarnya telah dimulai jauh sejak tahun 2000-an. Bermula dari cerita-cerita lucu yang dikirimkan Soetantyo dan disiarkan setiap pagi di stasiun radio di Jakarta.
Hingga lahirlah trilogi buku berjudul Laskar Pelawak Balada Mukidi dan Wakijan, pada 2010. Penulis buku ini yakni Soetantyo Moechlas yang menggunakan nama pena Soetantyo Purwo. Pada 2012 versi web cerita lucu Mukidi hadir lewat blog beralamat ceritamukidi.wordpress.com. Postingan pertama pada Agustus 2012. Sudah lama pula sepak terjang Mukidi menghiasi timeline Facebook Soetantyo Moechlas.
Mukidi digambarkan sebagai orang yang tak terlalu alim, mudah akrab dengan siapa saja. Mempunyai karier tetapi kadang-kadang bisa menjadi orang biasa. Istrinya bernama Markonah mempunyai karier tapi tak terlalu istimewa. Mereka mempunyai dua orang anak yakni Mukirin yang telah beranjak remaja, sementara Mukiran duduk di bangku SD. Sahabat Mukidi adalah Wakijan.
"Sebenernya saya sudah tahu Mukidi itu siapa. Dari dulu malah jauh sebelum booming kayak sekarang. Ia selalu membagikan cerita di laman Facebook-nya. Lucu dan menggelitik. Kadang dia lucu tapi tak jarang cerdas dan jenaka. Memang sekaranglah saatnya karyanya di apresiasi. Selamat bapak Soetantyo Moechlas. Mukidinya booming. Bapak ini sepertinya memang sosok yang sederhana. Tak ingin terekspos terlalu banyak," tulis Agus Riva di timeline FBSoetantyo.
Soetantyo yang akrab disapa Pak Tantyo, Pak Yoyok atau Pak Yoyo merupakan mantan Product Manager Boehringer Ingelheim sebuah perusahaan farmasi Jerman yang berkantor di Jakarta. Pria asal Purwokerto kelahiran 7 Februari 1954 ini juga pernah menjadi trainer di perusahaan itu. Dia kerap menyelipkan jokes Mukidi saat melatih. Mukidi juga sering dimuat di buletin kantornya.
Teman, sahabat, kolega tak menyangka Mukidi akhirnya menjadi ngehits. "Pak Soetantyo Moechlas.Trainer waktu masih kerja di Boehringer. Engga nyangka ya Pak jadi booming. Aduh di mana ya buku Mukidi yang pernah dikasih dulu," tulis Sherly Charoline Octaviana.
Perkenalan Solopos.com dengan Pak Yoyo diawali dari sebuah nomor handphone yang tercantum dialamatnya blognya. Percakapan via telepon Jumat (27/8) cair kadang diselingi dengan obrolan logat Banyumasan. Pak Yoyo tak menyangka Mukidi akan setenar sekarang. Postingan Facebook dan kisah Mukidi yang dia kirim via Whatsapp tiap pagi berimbas menjadi viral.
Kesunyian
Pak Yoyo seakan hidup dalam kesunyian kelucuan Mukidi. Tokoh yang ia tulis sejak tahun 2000-an itu, kini sedang mencapai puncak popularitas, namun namanya baru kali ini tertulis di media massa Indonesia. Padahal suami Sri Hartini ini telah menulis sejumlah buku.
Antara lain trilogi Laskar Pelawak (jilid 1-3), trilogi Jejak Sang Pengembara dan 30 Tahun Menjadi Tukang Obat. Buku-buku itu dia tulis, dia terbitkan dengan biaya sendiri dan dia distribusikan sendiri pula. "Waktu itu mikir saya kalau lewat distributor ribet, orang mau beli harus pergi ke toko. Maka ya saya tulis sendiri, terbitkan sendiri dan jual sendiri. Hehehehe," ujarnya di ujung telepon.
Buku 30 Tahun Menjadi Tukang Obat merupakan pengalaman pribadinya selama dia bekerja di perusahaan farmasi. Sementara trilogi Laskar Pelawakbercerita petualangan Mukidi. Nama Mukidi diambil karena nama ini mudah diingat. Kisah kelucuan Mukidi berasal dari idenya yang didasarkan pada pengamatan lingkungan serta pengembangan ide dari cerita-cerita yang sebelumnya sudah ada.
''Kalau dulu pas awal-awal, Mukidi itu ceritanya agak vulgar, sekarang sudah saya kurangi."
Usia bukanlah halangan untuk tetap berkarya. Pak Yoyo menilai setiap babak kehidupan wajib disyukuri. Itu pula yang membuatnya menikmati peran yang dia jalani. Baik sebagai trainer, product manager hingga penulis, Pak Yoyo menikmatinya, karena baginya ketiga jenis pekerjaan itu membutuhkan kreativitas untuk terus berkarya. "Jangan terlalu serius karena orang lain pun demikian," tuturnya berpetuah.
Di usia senjanya, ayah dari Mohammad Januardi (Iyan) ini sangat mendamba kehadiran menantu dan cucu. Dia mengisi masa pensiunnya dengan melukis, mengaji dan menulis di Facebook. "Saya tetap akan posting Mukidi di Facebook. Setelah Mukidi ini dikenal orang, mungkin bukunya bisa dicetak ulang itu kalau ada yang mau."
Di kalangan sahabatnya, Pak Yoyo dikenal sederhana, suka memberi motivasi dan mencairkan suasana. Santi Rahmayanti di Facebook Soetantyo menuliskan pendapatnya.
"Buat saya, Pak Soetantyo Moechlas lebih dari sekadar eks teman kantor. Beliau selalu mengajarkan supaya jangan terlalu serius walau seberat apapun masalah yang kita hadapi. Beliau yang selalu mengajak salat berjamaah di awal waktu. Jangan memberhalakan pekerjaan. Itu pesannya yang sampai sekarang nempel di kepala saya."
Sudah ratusan kisah Mukidi karya Pak Yoyo yang membuat Indonesia tertawa. Mukidi hanyalah tokoh fiksi yang hadir lewat bahasa tulis. Kini, nama Mukidi telah bermatamorfosis menjadi cerita Mukidi versi Jawa Timur, Jawa Tengah hingga menjadi meme atau gambar olahan kreatif. Dan Pak Yoyo tetaplah seorang pria berusia lansia yang tinggal di Jatibening, Bekasi dan mengisi waktunya dengan berkreativitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar