Rabu, 19 Oktober 2016

Kisah Bocah Penjual Koran: Bapak Gak Pernah Nongol Lagi, Saya Bantu Ibu (1)

Kisah Bocah Penjual Koran: Bapak Gak Pernah Nongol Lagi, Saya Bantu Ibu (1)

Rizki Aditya, bocah penjaja koran di Balikpapan Baru. (klik)

KLIKBALIKPAPAN.COSurat kabar sore dijual malam. Selepas Isya melangkah pulang. Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu, demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu. Anak sekecili itu tak sempat nikmati waktu, dipaksa pecahkan karang, lemas jarimu terkepal.

Petikan Lagu Iwan Fals, itu seperti pas disematkan untuk Rizki Aditya.

Jelang tengah malam tadi, 18/10/2018, bocah kelas IV SD di Gunung Bakaran, masih menjaja sisa korannya. Ia ditemui, di angkringan Simpang Empat Balikpapan Baru, sekitar puku 23.20 Wita.

Baju kumal, rambut pelontos, dengan benjolan di keningnya, Aditya membawa lima koran Kaltim Post. Di pinggir jalan, bocah ceria itu tetap terlihat riang dan ceria. Meski mungkin kebanyakan bocah seusianya sudah terlelap dalam tidurnya.

Klikbalikpapan, mencoba meminta dirinya menemani makan. Ia teramat senang. Dalam lahapnya makan, bibirnya tak henti mencerocos. Disantapnya lauk, diseruputnyanya es teh dari sedotan.  

"Saya jualan dari siang. Kalau sekolahnya siang, jualannya sore. Sehari 20-40 koran. Uangnya untuk bantu ibu, Oom," ujarnya. Ia mengawali kisahnya. Aditya anak kedua dari lima bersaudara. Kakaknya bernama Ades Pratama, kelas 1 SMP. Adiknya Adelia (3 SD), Amelia (1SD), dan Arfan adik paling kecil yang belum sampai usia setahun.

"Bapak sama Ibu sudah berpisah. Katanya cerai. Bapak sudah gak pernah nongol lagi setahunan. Jadi saya yang bantu Ibu cari uang," curhatnya, sambil melahap jajanan hati dari tusuk satenya.

Rizki Aditya, bocah penjaja koran di Balikpapan Baru. (klik)

Dulu, kata Aditya, kakaknya yang menjaja koran. Namun sekarang sudah berhenti lantaran malu. Akhirnya ia menggantikan posisi kakaknya menjaja koran. Ia mengaku biasa menjual koran di pinggir lampu merah Balikpapan Baru.

Rute jualannya, komplek ruko BCA Balikpapan Baru, lampu merah, dan sekitarnya. "Kalau hari Minggu saya keliling sampai Pasar Segar. Karena rame, he he he," kisahnya tertawa.

Naik apa? Ia menjawab enteng, "Nebeng naik pick up. Oom numpang dong, gitu." Di usianya yang sangat muda, Aditya seolah tak ada rasa takut. Demi membantu sang ibu, ia tak takut berjualan sampai larut malam.

Biasanya jelang Isya sudah pulang. Tapi terkadang sampai tengah malam. "Kalau sekolanya masuk siang, saya jualannya sampai tengah malam. Kan bisa tidur paginya," ujarnya.

Dalam sehari ia meraup uang 20-60 ribu. "Semua dikasih ke ibu. Kalau dapat Rp 50 ribu, saya dapat sangu Rp 6 ribu. Kalau di bawah Rp 50 ribu, saya dikasih Rp 5 ribu," jelasnya. (Bersambung)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search