Para pejabat dan pihak perusahaan ini sengaja datang ke rumah Sindy lantaran merasa prihatin dengan kondisi ekonomi keluarga anak yatim ini. Sebelumnya para pejabat ini membaca kisah Sindy sebagai mantan Paskibra tingkat Kabupaten Inhu 2015 lalu.
Mantan pembawa baki ini mengaku dari keluarga kurang mampu. Karena untuk bayar uang sekolah tidak bisa tepat waktu, begitu juga dengan uang jajan hanya Rp2 ribu setiap harinya.
Para pajabat ini tidak canggung duduk di atas karpet merah yang sudah agak kusam di atas lantai yang hanya disemen kasar. Ruangan tamu dengan ukuran hanya 2,5 meter tanpa ada kipas angin, para pejabat itu mulai bercengkrama.
Sebelumnya, Leginem orangtua Sindy mengkhawatirkan terhadap cita-cita anaknya ingin menjadi Polwan. Karena mendaftar sebagai seorang Polwan hanya untuk orang-orang besar. ''Saya tidak menyangka bapak-bapak pejabat sampai ke rumah saya yang kondisi apa adaya,'' ujar Leginem.
Hal itu pula diyakinkan oleh Kapolres Inhu AKBP Abas Basuni kepada Sindy dan orangtua. Dimana untuk mendaftar sebagai Polwan tidak diperlukan biaya. ''Calon Polwan itu harus sehat,'' ujar Kapolres.
Untuk memendekatkan cita-cita Sindy, Kapolres akan mengirim anggotanya sebagai pembimbingnya. Sehingga apa yang menjadi kelemahan Sindy dapat terpenuhi menuju calon Polwan.
Mudah-mudahan harapnya, dengan sisa waktu yang ada cita-cita Sindy dapat tercapai. ''Saya siap membantu tetapi semua itu tergantung yang Maha Kuasa,'' harap Kapolres.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Inhu Adila Ansori menyatakan siap membantu biaya pendidikan Sindy setiap bulannya. ''Ini sudah niat saya ketika membaca kisah Sindy di Riau Pos,'' ujarnya.(kas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar