Beberapa waktu lalu Sri meraih medali emas kelimanya pada Kejuaraan Dunia di Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Atas prestasinya itu pula ia diganjar bonus oleh PB PABBSI selaku induk olahraga angkat besi, binaraga, dan angkat berat.
[Baca juga: Eko Yuli dan Sri Wahyuni Kembali Dapat Bonus]
Sri sendiri tidak menyangka buah kerja kerasnya di cabang angkat berat bisa memberikan prestasi yang luar biasa bagi dia. Terlebih, di awal menjalani cabang ini dia mengaku butuh waktu sekitar setahun untuk benar-benar bisa cinta dengan olahraga ini.
Dikisahkan Sri, sebelum terjun di angkat berat pada tahun 1995 dia lebih dulu berkecimpung di angkat besi kelas 42 dan 44 kg. Di zamannya, Sri kerap menjuarai kejuaraan-kejuaraan tingkat nasional remaja.
Sialnya, di sela-sela latihan angkat besi itu ia mengalami cedera pergelangan tangan kanan. Tulangnya bergeser sehingga tak mampu lagi mengangkat barbel besi yang beratnya puluhan kilo tersebut. Ketika mengikuti event pun cedera kadang suka kambuh.
"Dulunya saya angkat besi, tetapi karena cedera tangan makanya saya pindah angkat berat," kata Sri kepada detikSport.
Sebagai gambaran, angkat besi (weightlifting) dan angkat berat (powerlifting) sama-sama melibatkan barbel yang harus diangkat. Pada angkat berat lifternya melakukan squat, bench press, dan deadlift sementara di angkat besi ada istilah snatch dan clean and jerk buat lifternya. Secara sepintas lalu, rangkaian aksi di angkat berat melibatkan beberapa alat bantu sementara di angkat besi lifter mengangkat barbel dari lantai. Angkat besi terbilang lebih populer karena rutin dimainkan di Olimpiade sementara angkat berat tidak.
![]() |
"Dulu itu pas mau pindah ke angkat berat susah banget, saya sampai nangis-nangis. Sekitar tahun 1999-an. Saat itu pelatih (Imron Rusadi) saya yang bilang, karena sudah tidak bisa mengangkat yang berat mau tidak mau angkat besinya harus ditinggal. Tapi bisa lanjut kalau mau angkat berat, kalau enggak mau juga ya lebih baik pensiun," ungkap dia.
"Ya karena memang dari dulu saya lebih senang angkat besi karena memang lebih menantang. Tapi saat PON 2000 saya dapat medali, akhirnya dari situ saya mulai suka dan yakin kalau saya dalami di sini," ujar Sri.
Sri sekarang bahkan sudah bisa berpendapat bahwa cabang angkat berat lebih mudah dibandingkan angkat besi. "Kalau angkat besi kan harus ada kecepatan dan teknik dan strateginya juga. Memang angkat berat lebih berat tetapi tidak perlu mengangkat seperti angkat besi. Angkat berat itu cuma menarik, dorong, dan ditahan."
Sudah belasan tahun berlalu sejak masa-masa awal kiprah Sri di angkat berat. Sudah banyak ajang yang diikuti perempuan 32 tahun tersebut, termasuk torehan-torehan prestasi.
"Saya sudah ikut tujuh kali kejuaraan dunia. Medali pertama waktu ikut Kejuaraan Dunia 2008. Kemudian tahun 2010 baru saya mendapat medali emas pertama. Kejuraan dunia itu setiap tahun, tapi kalau tidak berangkat Kejurdun biasanya saya ikut Kejuaraan Asia," katanya.
[Baca juga: Rencana Eko dan Sri Hartati dengan Bonusnya]
Sehubungan dengan apresiasi yang ia terima dari PB PABBSI, Sri juga sangat berharap insentif serupa bisa memacu lahirnya generasi muda dari cabang angkat berat karena tahu hal itu tidaklah mudah.
"Regenerasi angkat berat kayaknya agak susah karena angkat berat itu kurang populer. Event di Indonesia saja cuma sampai PON saja. Kalau di luar itu ada Kejuaraan Asia dan dunia. Saya sih cuma berharap ke depan ada regenerasi yang lebih baik dan angkat berat banyak yang sponsorin juga," sebut Sri.
(mcy/krs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar