Edisi 17-12-2016
Poros Mahasiswa-Kisah Nabi Muhammad Dan Sikap Toleransi
Tweet
Memasuki Maulid atau Rabiul Awal, masyarakat selayaknya bisa digiring kepada jalan yang lebih damai.
Teladan hidup dari Nabi Muhammad SAW harus bisa menjadi cermin kita semua untuk selalu menjunjung perdamaian, multikultural, dan toleransi antarwarga Tanah Air. Saya tidak akan membahas perbedaan pendapat tentang hukum perayaan Maulid Nabi dalam tulisan ini. Beberapa bukti dan kisah tentang Nabi Muhammad SAW kiranya lebih berharga disampaikan untuk kita ambil hikmah dan intisarinya.
Beberapa waktu lalu Habib Ali al- Jufri sempat menyampaikan pandangannya terhadap kondisi umat manusia kini yang seolah terkotakkotak pada ideologi dan agama. Ia lantas berkisah tentang betapa mulianya Rasulullah yang mau berdiri untuk memberi penghormatan pada jenazah seorang yahudi. Kisah itu lengkap terekam dalam hadis sahih, yang kira-kira jika diterjemahkan begini; "Pernah terjadi jenazah seorang Yahudi sedang lewat di hadapan Rasulullah SAW.
Lalu beliau berdiri. (Salah seorang sahabat berkata): "Ya Rasullah, itu adalah jenazah seorang yahudi." Jawab Rasulullah SAW: "Bukankah ia (juga) seorang manusia?" Sebagaimana dalam hadis sahih, beliau mengajarkan kepada kita adab yang tinggi ini. Kejadian itu merupakan salah satu bentuk perilaku yang diajarkan oleh Allah melalui firman- Nya dalam QS Al-Isra: 70.
Dalam ayat itu dijelaskan bahwa Allah sangat memuliakan anak-anak Adam, bukan hanya satu golongan, etnis, ras atau agama tertentu. Kisah lain bahwa Nabi Muhammad pernah menyesali dan merasa kecewa atas terbunuhnya seorang wanita yang ikut berperang antara kaum kafir zalim dengan umat muslim. Kala itu, setelah perang, Rasulullah SAW berdiri di depan mayat wanita dan berkata, "Tidak seharusnya wanita ini ikut berperang, lalu terbunuh."
Dari kisah itu, Rasulullah mengajari kita bahwa sesungguhnya kesejahteraan dan keselamatan untuk umat manusia lebih penting, dan bukan peperangan. Rasulullah SAW mengajari kita bahwa sesungguhnya kesejahteraan dan keselamatan untuk umat manusia lebih penting, dan bukan peperangan. Sejatinya hidup ini tidak lain adalah untuk meraih kehidupan yang damai dan tenteram.
Sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW yang amat memanusiakan manusia. Nabi Muhammad SAW adalah pribadiyangtoleran, menghargaiperbedaan, dan beliau tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Bahkan sebelum diangkat menjadi Nabi sifat itu sudah ada.
Ketika renovasi Kakbah selesai, para kabilah Arab berkumpul dan membahas peletakan hajar aswad ke tempat semula. Hingga akhirnya setelah melalui persyaratan tertentu, beliaulah yang berhak menjalankan tugas mulia itu. Namun, beliau bukanlah orang egois. Ia kemudian membentangkan sorbannya untuk dijadikan alas hajar aswad dan mengajak tokoh-tokoh lain untuk bersama mengangkat dan meletakkannya bersama.
Dalam momentum bulan kelahiran Nabi Muhammad ini, selayaknya kita banyak membaca tentang kisah hidup, biografi dan teladan sikap Rasulullah SAW. Puncak dari itu semua yaitu perilaku yang mulia, sebagaimana misi Allah menurunkan beliau ke dunia yang tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlak.
MUHAMMAD FARID
Mahasiswa Manajemen Bisnis Syariah
STAIN Kudus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar