
Sekumpulan siswa berseragam putih abu-abu membuka gelaran Nostalgia SMA - The 80's Are Back! di Jakarta Plenary Hall, Jumat (20/1) malam.
Acara dimulai pukul 20.45, meleset 45 menit dari waktu yang dijadwalkan. Kehadiran mereka diiringi musik dari Tohpati Orchestra dengan grup HiVi! yang membaur sambil melantunkan lagu Anak Sekolah milik mendiang Chrisye.
Seperti yang disampaikan Show Director David Poernomo beberapa waktu yang lalu, pentas ini dibalut dengan sajian semi drama musikal.
Kisah berawal dari Ilham (vokalis HiVi!) yang tengah bercerita kepada Kadir sebagai Kepala Sekolah, bahwa ia sedang jatuh cinta.
Tak lama lantunan lagu Galih dan Ratna pun didendangkan, masih dengan iringan tarian anak-anak berseragam putih abu-abu.
Drama pun berlanjut pada konflik yang dialami Ilham bahwa gadis yang dicintainya, Neida lebih dekat dengan sang sahabat Ezra. Ia tak mampu untuk menyatakan cintanya.
Mendengar cerita itu, Kadir bersedih. Dia terkenang dengan masa mudanya yang pernah mengalami hal serupa. Gambaran kisah pun beralih ke masa Kadir muda yang dipresentasikan lewat penampilan Kunto Aji sambil menyanyikan lagu Hotel Des Indes, yang dipopulerkan oleh Guruh Soekarno Putra.
Setiap langkah Ilham mengejar Neida diiringi lantunan lagu-lagu hits era '80-an. Seperti saat dia memberikannya bunga mawar, lagu Serasa yang disambung dengan September milik Earth, Wind, and Fire mengiringi.
Setelahnya, penyanyi yang populer di era itu pun ikut meramaikan, mengisi teatrikal yang disuguhkan. Fariz RM misalnya, ia hadir melantunkan tembang hit Sakura yang langsung disambut meriah para penonton.
Dilanjutkan dengan Kadri yang menyanyikan lagu Jenuh dengan mengekspresikan kemarahan dan kebimbangan hati Ilham.
Lewat kisah dibalik perasaan Neida yang diam-diam jatuh cinta juga dengan Ilham, Rieka Roeslan menggambarkannya lewat lantunan lagu Aku Cinta Padamu milik Sheila Majid.
Hanyut dalam suasana yang menghadirkan kenangan lewat lantunan lagu-lagu tersebut, penonton pun tak segan untuk ikut bernyanyi, sambil bersenda gurau dengan teman-temannya.
Pentas yang diselenggarakan oleh Republik Bulungan itu berhasil membidik penonton untuk bernostalgia lewat kehadiran bintang-bintang populer generasi '80-an. Kisah itu pun dihadirkan lewat kenangan kehidupan masa SMA, bagaimana ketika jatuh cinta.
Tak berhenti soal cinta, pentas pun dilanjutkan dengan gambaran kehidupam remaja '80-an lewat lagu milik Denny Malik, Jalan-Jalan Sore. Denny naik ke atas pentas diantar dengan mobil jeep. Dia menari, menyapa rekan-rekannya, seakan sedang 'ngeceng', seperti lirik yang didendangkannya.
"Jalan sore, kita berjalan-jalan sore-sore. Mencuci mata sambil berngeceng ria. Biarkan, biarlah... Mumpung kita-kita masih muda," nyanyinya.
Sedang asyik berdendang, seketika Andi '/rif' dengan geng motornya datang membajak penampilan Denny. Dengan penampilan serba hitam dan wajah sangar, Andi turun dari motor besar dan langsung naik ke atas panggung sambil bernyanyi lagu Anak Jalanan.
Keseruan itu pun kembali disambut baik oleh gemuruh tepuk tangan penonton. Ditambah, usai penampilan Andi '/rif', penyanyi legendaris Ahmad Albar ikut bergabung ke atas panggung ditemani pemain gitar Ian Antono mendendangkan lagu andalannya Panggung Sandiwara.
Kisah pun berlanjut, Kadir menyelenggarakan acara 'Malam Keakraban' yang wajib dihadiri para siswa. Di kegiatan itu, para penyanyi era '80-an pun masih meramaikan acara yang seolah hadir sebagai bintang tamu di sekolah tersebut.
Sebut saja grup vokal Chaseiro yang membawakan lagu Pemuda dan Ku Lama Menanti. Kemudian Loise Hutahuruk dengan lagunya Mahajana, disusul oleh sihir penampilan dari Daniel Sahuleka.
Dengan suara merdunya, Daniel membawakan dua lagu hits yang membuat penonton terkagum-kagum dengan kehadirannya. Dia mendendangkan lagu You Make My World So Colorful dan Don't Sleep Away. Dengan sukses, Daniel berhasil membawa penonton larut dalam suasana romantis yang hadir saat dirinya bernyanyi.
Tak luput, kegembiraan dan gelak tawa tiada henti kala grup OM Pancaran Sinar Petromaks (OM PSP) tampil membawakan tiga buah lagu. Candaan mereka mampu menghidupkan suasana dan membawa penonton tak segan bergoyang mengikuti irama yang mereka bawakan.
Dengan semangat, OM PSP membawakan lagu Fatime, Manusia, dan Drakula. Sayangnya, ternyata penampilan mereka telah mengantar penonton ke penghujung acara.
Kisah pun ditutup lewat pernyataan cinta Ilham melalui surat yang diiringi lagu Surat Cinta (dipopulerkan Vina Panduwinata). Setelahnya, mereka berdua bernyanyi bersama membawakan lagu Nada Kasih milik Fariz RM.
Nostalgia SMA itupun ditutup lewat penampilan tari dari grup Swara Mahardika dengan iringan lagu Damai yang dibawakan Tohpati Orkestra.
Kurang GregetSelama dua jam, penonton dimanjakan lewat lagu-lagu yang populer di generasi '80-an. Tak tanggung-tanggung, penonton langsung disuguhkan lewat penampilan yang dilakukan oleh penyanyi sendiri.
Tentu hal itu menjadi suatu kepuasan dengan tema Nostalgia SMA, kehadiran mereka membawa makna Nostalgia pun berarti. Terlebih musik-musik yang dibawakan merupakan yang jaya kala itu, bahkan masih populer dan didendangkan hingga kini.
Sayangnya, penampilan yang memukau dari tiap musisi ternama tak didukung oleh visual menarik ataupun interaksi.
Mereka hanya hilir mudik bernyanyi, tanpa ada interaksi langsung baik waktu untuk menyapa atau pun mengucap sepatah kata yang berkaitan dengan acara atau tema. Bahkan interaksi antar musisi di atas pentas pun tak ada.
Hal itu hanya dilakukan oleh OM PSP yang menarik beberapa penonton ke atas pentas untuk berjoget dan sesekali berkicau tentang mereka yang sudah beranjak tua sambil mengenang perbedaan kala muda.
Konsep yang dibalut dengan tema drama musikal inipun terasa sedikit kaku dan kurang greget. Nuansa era '80-an kurang dihadirkan dalam wujud visual, tak ada properti yang 'mengisi' ruang panggung. Layar yang membentang pun 'kosong' hanya diisi dengan nama acara, sesekali hanya di layar tengah yang memunculkan gambaran penampil.
Akan terasa lebih hidup, kalau saja penyelenggara dapat memanfaatkan layar sebagai media yang ikut membawa suasana ke era '80-an. Misalnya, dengan menampilan video-video, visual, animasi atau hal-hal yang berkaitan di era dan pertunjukan tersebut.
Terlebih, penonton yang kebanyakan hadir merupakan remaja era '80-an itu tampaknya kurang dekat lewat kehadiran kisah asmara yang dipentaskan oleh HiVi!. Hal itu dapat dimanfaatkan dengan penggambaran visual yang dekat dengan mereka.
Ada baiknya, bila para pemerannya pun dapat dimainkan oleh para musisi tamu, atau bahkan mengundang aktor yang populer di era tersebut. Hal itu akan jauh lebih menarik dan mengundang ikatan nostalgia yang lebih kuat.
Meski demikian, pentas ini mampu mengobati kerinduan akan lagu-lagu yang populer di era itu sembari menghidupkan kembali kejayaannya. (gen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar