Selasa, 28 Februari 2017

Keluarga Timbul: Kisah Tas dan JFW 2017

Hari ini merupakan hari pertamaku bergabung dengan kumparan, jika Anda ingin memberi selamat sangat dipersilakan. Terkait dengan hal tersebut, artinya tulisan ini merupakan tulisan sekaligus unggahan pertama saya di dalam kumparan. Sesaat saya berpikir, kira-kira materi apa ya yang bagus dan menarik untuk ditulis pertama kali? Tiba-tiba ponsel saya berdering, sebuah pesan singkat masuk dari seorang sahabat bernama Anih (nama samaran) muncul ke permukaan layar. Seketika itu pula saya langsung tahu apa yang akan saya tulis di unggahan pertama ini.

Anih merupakan sahabat yang saya temukan kurang lebih dua tahun lalu saat kami masih sama-sama bekerja di majalah bernama Grazia Indonesia, sebuah majalah lisensi asal Italia yang bergerak di bidang mode, kecantikan, dan hiburan. Anih berada di divisi mode, sedangkan saya ada di divisi hiburan. Meski berbeda divisi, nyatanya suatu hal mudah bagi kami untuk saling mendekat lantaran tempat tinggal kami ternyata sangat berdekatan. Hanya sekitar 10 menit bila ditempuh dengan kendaraan roda dua.

Singkat cerita saya dan Anih jadi sering berangkat dan pulang sama-sama, baik menggunakan kendaraan umum seperti Trans Jakarta, mobil kantor, atau kendaraan pribadi. Kedekatan ini membawa saya juga mengenal keluarganya, mulai dari ayahnya, ibunya, hingga kakaknya. Bahkan, hubungan saya terutama dengan sang ibu bisa dikatakan menjadi cukup dekat. Dan, inti cerita yang ingin saya bagikan hari ini adalah tentang sosok ibu Anih yang biasa saya panggil tante Enih (juga nama samaran).

Tante Enih adalah sosok ibu yang aktif, beliau adalah seorang wartawan sekaligus pemilik majalah di bidang kecantikan. Bagi Anih, tante Enih adalah sosok yang hmm... bisa dikatakan menyebalkan. Salah satunya adalah karena beliau selalu bereaksi berlebihan terhadap suatu hal. Contoh:

Anih: Ma, aku tidur di kamarku ya hari ini.

Tante Enih: Yah kok gitu? Tidur sama aku aja, nanti kalau tidur sendirian terus ada apa-apa gimana?

Padahal sih nggak akan terjadi apa-apa juga, tapi ya itulah salah satu gambaran tante Enih di mata Anih dan mungkin juga anggota keluarga lainnya. Namun, pandangan tersebut tidak ada sama sekali dalam kedua mataku. Bagiku tante Enih adalah sosok yang menyenangkan sekaligus menggemaskan. Baru-baru ini Anih bercerita soal kelucuan tante Enih. Saat perhelatan Jakarta Fashion Week 2017 (disingkat JFW 2017) beberapa bulan lalu, aku dan Anih turut berpartisipasi menjadi tim show tahunan majalah Grazia Indonesia yang bernama Grazia, Glitz, and Glam (disingkat 3G). Setelah selesai, aku dan Anih bertemu tante Enih yang juga hadir untuk menyaksikan salah satu show desainer persis setelah show 3G. Kami pun berjalan-jalan keliling Senayan City (tempat dihelatnya JFW 2017), salah satunya adalah mengunjungi Fashion Link. Sebuah bazar fashion yang menjual karya-karya para desainer yang juga berjalan di JFW 2017. Salah satu yang menarik perhatian tante Enih adalah tas tangan merek BYO karya desainer aksesories Tommy Ambiyo. Setelah memerhatikan tas yang diinginkan, ia pun memutuskan untuk menelepon supirnya dan mengajak kami semua pulang kerumah.

Esok harinya sekitar pukul delapan malam, aku lagi-lagi saling bertukar pesan dengan Anih. Hanya saja kali ini via Instagram. Ia bercerita bahwa tadi sore tante Enih kembali ke Fashion Link Senayan City dan membeli tas BYO yang ia lihat kemarin.

Anih: Kak, ibuku jadi beli dan sekarang lagi diliat-liatin mulu sambil senyum-senyum kaya orgil!

Aku: Hahahaha gemaaaaay, beli yang mana jadinya? Yang warna hitam itu?

Anih: Iya yang itu, kamu harus tahu ya sekarang rumahku setiap jam 11 ada kurir dari Aliexpress. Ibuku belanja dari luar negeri tapi barangnya selalu zonk!

Aku: Maksudnya zonk gimana?

Anih: Iya kak, di Aliexpress tuh ada kalung-kalung atau aksesories kaya yang ada di Zara. Pas barangnya dateng kak ya ampun kaya beli di Yayang atau Cindy anjir kocak crying.

Aku: HAHAHA DAGELAN BANGET SIH TANTE ENIH.

Anih: Asli kak, sumpah bikinin cerita pendek soal ibuku seru sih kak. Lawak banget hidupnya, apa ya judul yang pas?

Percakapan itu membuatku beride soal judul cerita yang pas untuk menceritakan kelucuan tante Enih.

Aku: KELUARGA TIMBUL! Rumahmu kan dijalan Timbul, terus Timbul itu kan salah satu personil Srimulat yang lucu banget. Jadi keluarga timbul bercerita soal kelucuan sebuah keluarga yang tinggal di jalan timbul.

Anih menyetujuinya, dan kini aku terus menanti cerita-cerita baru soal keluarganya yang luar biasa ajaib. Jika nanti ada kisah terbaru aku pasti akan kembali bercerita disini. Jadi, tunggu saja!

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search