Rabu, 01 Februari 2017

Kisah Dua 'Manusia Kayu' yang Dirawat di Satu Bangsal RSUD Moewardi

SRAGEN - Beberapa waktu lalu, Sulami, warga Sragen, Jateng sempat menggegerkan netizen karena penyakit bamboo spine yang dideritanya. Penyakit itu membuat badanya kaku, karenanya disebut si punggung bambu. Nah, ternyata di Sragen, penderita bamboo spine bukan hanya Sulami.

Rodiyah (37), warga Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen juga mengalami penyakit mirip Sulami. Dia pun di bawa ke RSUD Dr Moewardi, Solo, Senin 30 Januari 2017. Rodiyah didampingi keluarga dan Tim Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Miri. Anggota TKSK Miri Gofur menjelaskan, sebelum dibawa ke Solo, Rodiyah sempat dirawat di Puskesmas Sragen. Setelah diperiksa tim dokter, Rodiyah diputuskan menjalani rawat inap di RSUD Dr Moewardi. "Saya tidak ikut masuk ke dalam (ruang perawatan). Rodiyah ditempatkan di ruang yang berdekatan dengan Sulami," ujarnya, seperti mengutip Jawa Pos, Rabu (1/2/2017).

BERITA REKOMENDASI


Humas RSUD Dr Moewardi Elysa menuturkan, tim dokter sedang melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui kondisi Rodiyah. Karena itu belum bisa memberikan keterangan mendetail. Tim dokter yang menangani Rodiyah, lanjut Elysa, tidak berbeda dengan yang merawat Sulami. "Setelah semua jelas, pihak rumah sakit akan melakukan jumpa pers," kata dia.

Ketua tim dokter Arif Nurdin menegaskan, Rodiyah dan Sulami mengalami gejala penyakit yang sama. "Kami belum bisa menjabarkan secara detail. Sebab kondisi pasien masih kami observasi," tuturnya. Selain menderita penyakit yang mirip, Rodiyah dan Sulami sama-sama dari keluarga kurang mampu. Bedanya Rodiyah masih memiliki orangtua yang merawatnya. "Kondisinya (Rodiyah) lebih parah. Dia mengalami keterbatasan gerak, bukannya dipasung,"  ucap Widowati anggota TKSK Kecamatan Tangen, Sragen.

Sebelumnya, Arif Nurudin menjelaskan, penyakit yang dialami Sulami menderita penyakit auto imun dengan jenis ankylosing spondylitis yang terkombinasi scleroderma dan menyerang daya tahan tubuh. Sehingga sendi Sulami menjadi kaku. Bagian tubuh yang diserang mulai dari tulang belakang hingga sendi bawah.

"Jika kita lihat dari fotonya (rontgen), akan tampak tulang belakangnya menyerupai bambu. Makanya penyakit ini juga disebut dengan bamboo spine," kata Arif.  Ditambah Sulami menderita scleroderma. Sehingga bukan hanya sendi, kulitnya juga terasa kaku.

Penanganannya, lanjut Arif, akan dilakukan observasi selama satu pekan kedepan. Auto imun tidak bisa disembuhkan secara total. "Yang bisa dilakukan hanya mencegah agar tidak lebih parah. Minimal (aktivitas Sulami) tidak bergantung pada orang lain," ucapnya.

Hasil observasi akan menentukan obat yang tepat untuk meringankan penyakit sulami. Treatment pengobatan dilakukan sebanyak enak kali tiap dua pekan. Pascapengobatan, dilanjutkan evaluasi perkembangan Sulami.

"Untuk treatment (pengobatan) seperti memasukkan obat ke dalam tubuh. Jadi tidak perlu ada rawat inap. Hanya selama satu minggu awal, kami harus melakukan observasi secara lengkap. Setelah itu bisa rawat jalan," tutur Arif.

Harga obat untuk auto imun relatif mahal. Sekali treatment dibutuhkan Rp6-8 juta. Sedangkan Sulami membutuhkan enam kali treatment pengobatan. "Ini pun jika tidak ada penanganan tambahan. Jika treatment pertama tidak berhasil, harus diulang dari awal lagi sebanyak enam kali," ucap dia.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng siap membantu biaya pengobatan Sulami. "Kami ingin mencoba membantu seoptimal mungkin dengan fasilitas yang ada," ujar Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat menjenguk di RSUD Dr Moewardi.

Humas RSUD Dr Moewardi Elysa menuturkan, Sulami ditempatkan di kamar inap bangsal Mawar 1 kamar 3 A. "Satu hingga dua hari ini masih akan observasi dulu. Tadi keluarga inginnya bisa langsung pulang, tapi kan perlu penanganan lebih lanjut," kata Elysa.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search