KOTA Hiroshima dipilih menjadi target pertama bom atom karena ia adalah pusat industri dan penanda kekuatan militer kekaisaran Jepang. Faktanya, tragedi ini tidak hanya menghancurkan kedua hal tersebut, namun juga merenggut banyak nyawa orang-orang tak bersalah.
Mereka yang selamat, terluka seumur hidup, baik secara fisik maupun psikis. Bahkan, kengerian sisa-sisa pengeboman terus menghantui hingga kini.
BERITA REKOMENDASI
Hiroshima setelah insiden pengeboman. (Foto: Vintage News)
Di Jepang, kata "hibakusha" mendeskripsikan orang-orang yang selamat dari ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945.
Dilansir Vintage News, Sabtu (11/2/2017), kata yang diterjemahkan sebagai "orang-orang terdampak ledakan" ini telah dipakai dalam bahasa Jepang sejak 1940-an. Saat ini, ada sekira 200 ribu hibakusha yang masih hidup di seantero Jepang.
Di antara mereka, ada sekelompok murid perempuan yang dikenal sebagai "Hiroshima Maidens". Setelah ledakan, 30 siswi itu cidera berat; wajah mereka didera luka bakar amat parah, bahkan berbagai anggota tubuh yang terluka tak pernah sembuh benar.
Pada awal 1950-an, hibakusha menghadapi berbagai masalah karena dianggap menular dan berbahaya untuk lingkungan di sekitar mereka. Seiring para gadis ini tumbuh dewasa, mereka tak bisa menemukan pasangan ataupun pekerjaan. Mereka lalu memutuskan untuk menjalani prosedur operasi plastik di Jepang.
Luka bakar akibat ledakan bom atom mengikuti pola kimono. Bagian pakaian yang ketat, seperti di bahu, memberikan luka yang lebih parah. (Foto: Vintage News)
Bagaimanapun, teknologi operasi plastik yang dimiliki Jepang kala itu belum cukup canggih. Hiroshima Maidens pun mencari bantuan di Amerika Serikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar