INILAMPUNG.Com – Kisah perjuangan penyair revolusioner Wiji Tukul dalam melawan rezim orde baru yang difilmkan dengan judul "Istirahatlah Kata-Kata" mendapat sambutan luar biasa masyarakat Lampung.
Dari ratusan tiket yang disediakan panitia untuk jadwal penayangan Rabu (22/2/2017) pukul 19.00 Wib, hanya dalam waktu empat hari sejak dibuka langsung ludes terjual.
"Kami awalnya hanya menyediakan 169 tiket, hanya bermodal promosi melalui media sosiak facebook seluruh tiket terjual habis," kata Yuli Marlianti, Koordinator nonton bareng (nobar) Film "Istirahatlah Kata-Kata" saat ditemui di Cafe Ketan Susu di Jalan Gatot Subroto, Pahoman, Bandarlampung, Jumat (17/2/201)
Melihat animo yang luar biasa tersebut pihaknya kemudian memutuskan menambah sebanyak 78 tiket. Itupun tidak sampai sehari sudah terjual 38 tiket.
"Jadi sekarang tersisa 40 tiket lagi buat yang beruntung. Kami buka lagi penjualan tiketnya dengan sistem boking hingga Senin, 20 Februari 2017," ujarnya.
Dikatakan mantan aktivis 98 itu, pihaknya cukup kaget dengan sambutan luar biasa dari masyarakat Lampung yang ingin menonton langsung kisah perlawanan penyair Wiji Tukul yang sangat terkenal di kalangan aktivis pro demokrasi.
"Kami patut berbangga, ini menunjukkan bahwa animo masyarakat untuk menonton film ini sungguh luar biasa besar. Harapannya pemutaran tidak hanya sekali ini saja," ujarnya.
Dia menambahkan bagi calon penonton yang berminat silakan memesan tiket langsung melalui dirinya, di nomor telpon 081278693437.
"Ayo segera dibooking jangan sampai kehabisan tiket nya ya !," kata dia.
Sementara itu Ketua LMND Lampung Risma Borthon yang juga salah satu panitia mencoba menjelaskan siapa sosok penyair Wiji Tukul.
Menurutnya Wiji Tukul adalah sosok aktivis yang unik. Dia menyuarakan perlawanan ketidak adilan rezim orde baru kala itu dengan syair-syair puisi. Itulah mengapa dia lebih dikenal di kalangan aktivis dibandingkan yang lain.
"Dengan menyuarakan puisinya di setiap demonstrasi mampu membakar semangat perlawan rakyat. Itulah mengapa dia sangat ditakuti rezim Soeharto kala itu. Sehingga dia jadi target untuk dihilangkan paksa. Dia diculik dan hilang, sampai kini tak diketahui rimbanya," ujarnya.
Perempuan berhijab itu berharap kehadiran film "Istirahatlah Kata-Kata" ini bisa jadi harapan baru keluarga Wiji Tukul dan keluarga aktivis lainnya yang dihilangkan paksa untuk mencari keadilan, sehingga terkuak siapa pelaku sebenarnya yang sudah menculik dan membunuh mereka.
"Jadi jelas ini alasan mengapa Film ini layak diapresiasi dan ditonton masyarakat luas. Selain menghibur juga mengungkap sejarah perlawanan terhadap orde baru," pungkasnya.
Sebagai refrensi film ini diproduksi kerjasama beberapa lembaga diantaranya Muara Foundation, Partisipasi Indonesia, LIMAENAM FILMS, KAWANKAWAN FILM
Dengan sutradara Yosep Anggi Noen dan Produser Film Yulia Evina Bhara. Sementara Gunawan Maryanto sebagai pemeran Wiji Tukul, Marisa Anita pemeran Istri Tukul Sipon, aktris Melanie Subono, aktor Eduart Boang Manalu, Dhafi Yunan, Joned Suryatmoko. (*/rilis/ilc-2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar