Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Menteri Pertahanan Jepang yang terkenal nasionalis, Tomomi Inada, sempat diguncang kisah masa lalunya pada sidang parlemen di komisi anggaran, Senin 30 Januari lalu.
Seorang Ketua Partai Oposisi Minshinto Renhou Murata (keturunan Taiwan) mencecar dan mengkritik Inada dengan kata-kata pedasnya dalam sidang parlemen Jepang.
"Tulisan di media antara tahun 2007-2008 anda menyebutkan bahwa proporsi keterlibatan wanita, meskipun cacat, sebenarnya tak ada apa-apanya selain bisa dikatakan gila. Apa itu artinya?" kata Renhou.
Inada menanggapi itu persoalan 10 tahun lalu.
"Tentu dalam 10 tahun banyak sekali perubahan sebagai politisi dan dalam dunia politik," jawab Inada dengan tersenyum.
Tribunnews.com yang menyaksikan perdebatan di parlemen tersebut jelas sebagai upaya Renhou mengguncang posisi Inada saat ini sebagai Menteri Pertahanan Jepang yang kurang disukai kalangan China karena nasionalismenya.
"Itu dialog yang sangat panjang dan saya menolak membahasnya di sini karena soal 10 tahun lalu, tidak layak dibahas di sini," kata Inada dengan tegas.
Hal lain yang mengguncangnya juga mengenai upaya menghidupkan tuntutan terhadap kasus bunuh diri.
Inada hanya mengomentari, "Apabila politik tidak memperbaiki kesalahan politik, apakah itu benar? Hal itu semua bukanlah ide yang sama saat ini."
Inada melihat adanya perubahan waktu memungkinkan pula perubahan segalanya di dalam politik.
Perdebatan antara dua pimpinan wanita (Renhou dan Inada) menarik diperhatikan saat ini di Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar