Kamis, 20 April 2017

FOKUS: Kisah Berliku Anies Baswedan, Habis Di-Reshuffle Terbitlah Kursi DKI 1

TIDAK lama setelah tak lagi menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pasca-terkena reshuffle di Kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), Anies Baswedan disebutkan hendak ke luar negeri. Tapi karena terserang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), Anies membatalkannya.

Seperti kita tahu, Anies bersama pasangannya dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, sukses unggul di berbagai hasil quick count dan tinggal menunggu waktu. Menunggu waktu untuk menduduki kursi DKI 1 menggantikan petahana Basuki Tjahaha Purnama (Ahok).

BERITA REKOMENDASI


Kemenangan pasangan yang disokong Partai Gerindra, PKS, PAN dan Partai Perindo di putaran kedua Pilkada DKI pada Rabu 19 April, merupakan jalan panjang perjuangan mensosialisasikan berbagai program yang merakyat.

Tapi sebelum menempuh jalan panjang di berbagai sesi kampanye itu, ternyata jalan menuju status calon gubernur (cagub) itu sendiri cukup berliku. Betapa tidak, apalagi sebelumnya Anies sempat berdiri berseberangan dengan petinggi Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Ya, sebagaimana diketahui sebelumnya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 lalu, Anies jadi juru bicara tim pemenangan Jokowi-JK yang notabene, rival Prabowo yang kala itu 'nyapres' berpasangan dengan Hatta Rajasa. Anies bahkan beberapa kalo melontarkan pernyataan yang sedikit banyak menyerang Prabowo.

Tapi yang namanya politik, tadinya A sekarang bisa B, kan? Gerindra sendiri sudah lebih dulu mendeklarasikan mendukung Sandiaga Uno sebagai bakal calon gubernur. Bahkan, Sandi sudah lebih dulu pula blusukan sendiri.

Tapi jelang pendaftaran pasangan, terjadi dinamika politik di antara Gerindra dan PKS yang awalnya, hendak mengusung Sandi dan Mardani Ali Sera. Keduanya sama-sama kader partai, di mana Sandi kader asli Gerindra dan Mardani kader PKS.

Namun kemudian tercetus pemikiran dari Sandi pribadi yang justru, menemui Anies. Kala itu, Anies masih dilanda penyakit DBD dan Sandi meminta dengan sangat kepada istri Anies, Fery Farhati Ganis untuk minta waktu bertemu.

"Mbak Fery pesan agar saya enggak lama-lama ketemu Anies. Saya bilang 1 jam saja, akhirnya diizinkan," ungkap Sandi pada 27 September 2016. Jadilah keduanya bertemu di sebuah tempat di Jakarta Selatan, tidak jauh dari kediaman Anies.

Sandi pula yang akhirnya berinisiatif "mengalah" untuk jadi cawagub saja, sementara Anies jadi cagub. Sandi merasa, Anies sedianya levelnya sudah nasional dan sudah jadi menteri, maka akan aneh jadinya kalau Anies hanya jadi wagub- kalau menang.

Hal itupun kemudian dibicarakan di internal Partai Gerindra dan PKS. Awalnya, tak sedikit kader yang menolak. Tapi baik kader Gerindra dan PKS akhirnya bisa terima, tak luput dari sikap Prabowo yang legawa- mengingat Anies merupakan mantan lawan di Pilpres sebagai tim sukses Jokowi-JK.

PKS juga akhirnya "mengalah" dan membatalkan pencalonan Mardani Ali Sera sebagai pasangan Sandi di Pilkada DKI 2017. Belakangan, Mardani dipercayakan sebagai ketua tim sukses Anies-Sandi.

"Kami cari yang terbaik buat masyarakat. Tidak ada ego. Kami sudah mendorong Sandi, beliau sudah lama turun ke rakyat. Tapi beliau mengalah. Gerindra mengalah. PKS mengalah. Itulah demokrasi," cetus Prabowo, 23 September 2016.

Tentu buat Anies, hal itu jadi kehormatan tersendiri bisa dipercaya Gerindra dan PKS (kemudian PAN dan Partai Perindo), sebagai cagub. "Saya sampaikan, itu sebuah kehormatan," timpal Anies.

(Baca: Cerita dan Perjalanan Anies Menjadi Calon Gubernur)

Berbulan-bulan kemudian, Anies-Sandi gencar mempromosikan berbagai program inovatif yang diklaim, akan membuat masyarakat Jakarta lebih bahagia di semua aspek. Perjuangan mereka pun berbuah hasil. Selamat bertugas sebagai pemimpin Jakarta yang baru, Anies-Sandi!

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search