
Merdeka.com, Jawa Tengah - Banjir bandang yang terjadi di Dusun Nipis Desa Sambungrejo Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang menyisakan trauma mendalam bagi warga sekitar.
Pasalnya, tak hanya harus merelakan sanak saudara yang menjadi korban meninggal dan sebagian belum ditemukan, namun pemukiman mereka sampai saat ini masih terendam lumpur yang cukup pekat setinggi sekitar setengah meter.
Ikhwanto (54), warga Kaligading Desa Citrosono menceritakan, banjir bandang menerjang pemukiman penduduk dengan kekuatan yang cukup tinggi. Bahkan ia menyebut, ketinggian air bercampur lumpur, bebatuan, dan pepohonan saat itu mencapai kurang lebih 5 meter.
"Ngeri Mas, airnya tidak datang dari sedikit. Tapi langsung menerjang pemukiman kami. Mirip bencana tsunami," akunya, Minggu (30/4).
Ia yang juga mantan perangkat desa setempat menambahkan, meski terbilang sebagai bencana besar, akan tetapi peristiwa banjir bandang ini merupakan yang ke dua kalinya mengingat banjir bandang di lokasi yang sama juga pernah terjadi sekitar tahun 1950 an. Bahkan saat itu kekuatannya jauh lebih dahsyat.
"Dulu juga pernah terjadi. Bahkan seluruh Dusun Deles habis , hancur lebur saat itu," kenangnya.
Berdasar cerita warga sekitar, selain dikarenakan faktor hujan lebat, banjir bandang yang terjadi juga dikait-kaitkan dengan sebuah kejadian di luar nalar. Saat itu (tahun 1950 an), ada seorang warga yang sengaja membunuh ular dengan ukuran kecil.
Selang beberapa jam, hujan lebat turun dan menghancurkan seisi Dusun Deles Desa Citrosono. Setelah itu, warga kembali dihebohkan dengan kemunculan ular besar namun berhasil diusir oleh salah seorang sesepuh desa, namanya Mbah Kyai Kardun.
"Mungkin memang tidak ada kaitannya secara nalar. Tapi warga setempat percaya itu karena Mbah Kyai Kardun merupakan salah seorang yang dianggap memiliki kemampuan khusus (orang pintar-red)," kata dia.
Kisah pilu dalam bencana ini juga muncul dari Ariyanti warga Dusun Nipis Desa Sambungrejo, yang tak lain merupakan bidan desa setempat. Meski selamat setelah berhasil dievakuasi dari reruntuhan poliklinik sekaligus rumah dinasnya pada Sabtu (29/4) sekitar pukul 16.40 WIB, namun nahas ia harus merelakan anak kandungnya menjadi salah satu korban meninggal dunia. Saat ini dirinya masih terus dalam perawatan intensif tim medis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar