Selasa, 18 April 2017

Kisah Toleransi pada Drama Jalan Salib di Atma Jaya

Jakarta, CNN Indonesia -- "Ahhh!" terdengar suara seseorang yang sedang menahan rasa sakit, suaranya serak dan lemah. Terlihat segerombolan orang sedang berjalan ke lapangan terbuka, ada seseorang yang sedang membawa sebongkah kayu besar dan dikelilingi orang-orang berpakaian seperti prajurit zaman Romawi kuno memukul orang yang mebawa bongkahan kayu tersebut.

Seseorang yang membawa bongkahan kayu tersebut adalah Yesus. Bajunya sudah penuh dengan bercak darah, badannya lemas hingga tidak kuat untuk berdiri, dan tangannya terikat di sebuah kayu yang terletak di tengah lapangan yang panas.

Adegan penyiksaan yang terlihat di tengah lapangan tersebut bukanlah sebuah adengan penyiksaan sungguhan. Kejadian tersebut adalah sebuah drama kisah sengsara Yesus atau dikenal dengan sebutan Tablo Agung. Dalam memperingati Pekan Suci, mahasiswa Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya Jakarta membuat pagelaran drama kisah sengsara Yesus.

Konsep drama yang dibuat tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya, Tablo dilakukan mengelilingi kampus untuk membangun suasana yang lebih nyata. Dari setiap adegan yang dimainkan oleh pelaku drama terlihat seperti adegan nyata. Tamu yang menontonnya terbawa emosi sehingga beberapa orang menangis karena merasa tidak tega melihat adegan penyiksaan tersebut.

Perjalanan Tablo ini dimulai dari Gedung Yustinus, lalu berjalan menuju Bangunan Kuliah Sementara (BKS) dan berujung di Gedung Karol Wojtyla. Adegan terakhir di Gedung Karol Wojtyla ini adalah adegan di mana Yesus disalibkan. Suasana sedih semakin terasa dengan adanya alunan musik dan nyanyian dari paduan suara Atma Jaya.

Tablo Agung dilaksanakan pada Jumat, 14 April dan dimulai dari pukul 11.00 WIB sampai pukul 12.30 WIB. Tamu undangan yang datang pada acara Tablo Agung mengaku senang dan terbawa emosi saat melihat tiap adegan drama yang dimainkan mahasiswa Atma Jaya. "Konsep yang dibuatnya menarik dan saya seperti mengikuti jalan nyata di era modern," tanggapan seorang tamu undangan yang datang hanya untuk menonton Tablo Agung.

Segala keberhasilan yang terlihat di panggung ternyata bukan keberhasilan yang didapatkan dengan mudah. Persiapan yang cukup lama dan kendala tempat latihan menjadi salah satu kendala yang akhirnya bisa menghasilkan sebuah karya yang memukau.

Christian Adi Pratama sutradara dari Tablo Agung menyatakan bahwa latihan yang dilakukan memang cukup lama, yaitu selama dua bulan, namun mereka melakukan latihan sesuai dengan adegan yang akan dimainkan hanya tiga kali pertemuan. "Latihan yang tiga kali itu pun juga hanya menggunakan aula, kita tidak bisa latihan sesuai dengan tempat adegannya karena kampus ini dipakai untuk kuliah," tambah Adi saat menceritakan persiapan Tablo Agung.

Atusiasme hadir bukan hanya dari tamu undangan, ternyata juga hadir dari panitia sampai pemain drama. Total pemain drama yaitu 34 pemain, dan panitia berjumlah 25 orang. Bukan hanya jumlah pemain dan panitia yang banyak, ternyata terdapat beberapa orang di dalamnya, baik panitia maupun pemain drama, yang bukan beragama Katolik.

Walaupun acara ini adalah kegiatan untuk memperingati hari besar yang dirayakan oleh umat kristiani, namun penerimaan panitia dan pemain drama tidak membatasi adanya perbedaan agama.

Dari tahun ke tahun memang penerimaan panitia dari Pekan Suci ini tidak dibatasi oleh agama, sikap toleransi yang dilakukan merupakan ajaran dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pastoran Atma Jaya Jakarta yang menjadi panitia inti dari acara tersebut. "Kami diajarkan untuk saling menghargai dan kami di sini memasukkan panitia atau pemain drama dari agama lain bukan untuk mengagamakan mereka," tegas Irene dan Nathasa selaku Koordinator Acara Pekan Suci.

Rangkaian acara yang bertemakan Menjadi Pribadi yang Lebih Adil dan Beradab Karena KebangkitanNya berlangsung mulai 9 April sampai 15 April dan dilaksanakan di Unika Atma Jaya Jakarta. Pekan Suci yang dilakukan di kampus ini juga mengajak orang-orang sekitar untuk ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatannya.

Seperti pada hari Jumat setelah kegiatan Tablo Agung selesai akan dilaksanakan kegiatan Ibadah Jumat Agung pada pukul 15.00 WIB di sportshall Atma Jaya Jakarta. Karena letak kampus yang berada di tengah-tengah daerah perkantoran di Jakarta Selatan, maka panitia memberikan fasilitas untuk orang-orang sekitar, khususnya pegawai kantor sekitar, untuk bisa melaksakan Ibadah Jumat Agung tanpa perlu pergi jauh ke Gereja.

"Saya jadi tidak perlu ke Gereja yang jaraknya cukup jauh dari kantor karena bisa beribadah disini," ungkap seorang tamu yang hadir dalam ibadah tersebut. (ded/ded)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search