Minggu, 14 Mei 2017

Kisah Disabilitas dalam Layar Film

SEBELUM memasuki aula, satu per satu penonton mengisi buku tamu. Dengan terburu-buru langkah kaki mungil penonton yang didominasi siswa SD itu masuk ke aula yang disulap menjadi teater terbuka.
Gemuruh suara cuitan berebut tempat duduk tidak terhindarkan. Satu-persatu anak-anak tersebut menempati posisi yang telah disediakan. Meski hanya beralaskan terpal berwarna hitam, tak menyulutkan semangat mereka untuk menyaksikan film bergenre anak-anak bertajuk Bunga yang khusus dibuat untuk mengedukasi mereka.
Dengan mengenakan seragam lengkap merah putih, anak-anak itu memenuhi sudut ruangan. Tak lama berselang, film produksi Pelangi Anak Indonesia (PAI) diputar.
Lampu-lampu yang awalnya menerangi seluruh sudut ruangan aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung itu pun mendadak dimatikan. Suasana riuh gemuruh mendadak hening, seolah-olah tidak sabar menyaksikan tayangan hasil karya seniman Lampung.
Film itu pun diputar. Adegan demi adegan dimainkan dengan baik. Film berdurasi sekitar 20 menit ini menceritakan keluarga yang memiliki dua anak perempuan bernama Bunga dan Flora.
Bunga, sang kakak yang terlahir sebagai disabilitas, dan Flora, sang adik yang memiliki karakter manja dan menjadi kebanggaan sang bunda.
Dengan kelincahan serta kemampuan menggambarnya, Flora kerap ikut berbagai kompetisi.
Di sisi lain, Bunga sebagai tokoh utama memiliki keterbatasan untuk berbicara ternyata punya bakat dan kemampuan yang luar biasa dalam menggambar. Puluhan hasil karyanya dia simpan di kamar. Namun, kemampuan menggambarnya tersebut tidak pernah dia beri tahu kepada orang lain.
Sampai suatu ketika, Flora menemukan puluhan gambar di dalam kamar sang kakak, secara spontan ia pun memberi tahu kepada sang bunda.
Sejak saat itu, sang bunda baru mengetahui kemampuan Bunga yang selama ini dianggap tidak bisa apa-apa. Hingga akhirnya Bunga ikut lomba menggambar. Alhasil berbagai prestasi, ia raih pada perlombaan menggambar tingkat provinsi.
Syuting film ini dilakukan di SDN 1 Palapa Bandar Lampung itu menyajikan suguhan yang disesuaikan dengan karakter anak-anak. Mulai dari latar belakang pengambilan gambar maupun dialog-dialog sederhana dan tidak terlalu rumit, yang mudah dihafal dan dipahami oleh penonton.
Lewat film ini diharapkan agar kita tidak boleh meremehkan dan merendahkan orang lain. Jangan menganggap orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik dianggap lemah. Diharapkan pesan-pesan moral film tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search