Jumat, 09 Juni 2017

Kisah Perjuangan Jali, Menyebarkan Kelezatan Soto Lamongan di Jakarta

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini mencari soto lamongan bukanlah perkara sulit. Kuliner ini bisa ditemukan di berbagai sudut kota, terutama Jabodetabek. Eksistensinya sudah bisa disejajarkan dengan Warung Nasi Padang dan Warung Tegal.

Namun, puluhan tahun lalu sebelum kuliner Lamongan diterima oleh lidah warga Jakarta, ada sekelompok orang yang berjuang terus demi eksistensi soto lamongan seperti saat ini.

Ialah Jali Suprapto (74), pria asal Desa Siman, Lamongan, Jawa Timur tersebut merupakan salah satu pembawa soto lamongan pertama ke Jakarta sekitar tahun 1960. Ia mencoba berjualan sediri mulai tahun 1963.

Kedatangannya ke Jakarta kala itu merupakan gelombang kedua perantau dari Lamongan, yang sebelumnya diawali tahun 1950-an.

(BACA: Kenapa Soto Lamongan Selalu Ditemani Pecel Lele?)

Malam itu, saat KompasTravel datang, ia berada di kedai masakan Lamongan miliknya, di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (5/6/2017).

Kini ia seorang diri jika mengingat masa perjuangannya mengenalkan kuliner ini di Ibu Kota. Teman-teman seperjuangannya sudah lebih dulu menghadap Yang Maha Kuasa.

"Dulu orang gak tau itu Lamongan di mana, masih kota kecil belum banyak informasi. Jualannya juga ikut orang, dulu gak berani sendiri," kenangnya.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Jali Suprapto, warga kota Lamongan, Jawa Timur yang merupakan salah satu orang pertama yang membawa Soto Lamongan merantau ke Jakarta mulai tahun 1963. Sehari-harinya ia masih mengontrol kedai masakan Jaya Agung Lamongan yang ia dirikan di Menteng Jakarta, Senin (5/6/2017).
Saat itu alasannya merantau memang ingin mencari penghidupan yang lebih layak, karena kala itu sulit mendapatkan pekerjaan di kampung halaman. Belum lagi desas-desus pemberontakan masih lazim di Jawa tahun 1960-an.

(BACA: Terungkap, Ini Pelopor Penjual Soto Lamongan di Jakarta)

Tanpa modal, Jali memberanikan diri ke Jakarta. Padahal, warga Lamongan termasuk orang tuanya tidak yakin jika merantau kala itu bisa mengubah nasib hidupnya. Oleh karena itu, ia tidak dapat modal sepeser pun dari orang tua.

Berbeda hal dengan saat ini, menurut Jali, untuk modal merantau masyarakat Lamongan kini bisa sampai rela menjual tanah dan sawah keluarganya. Padahal belum tentu takdir berkata baik.

(BACA: Buka Malam Hari, Ini Soto Lamongan Pertama di Bogor)

Waktu demi waktu ia jalani dengan berjualan bersama teman. Setelah modal terkumpul ia pun mecoba untuk menjual soto lamongan sendiri. Di tahun 1963 ia berjualan soto sendiri ditemani pikulan yang memuat puluhan liter kuah soto, maklum usianya masih 20 tahun.

Saat itu ia belum bisa lepas dari masa sulit. Soto yang ia jajakan di sekitar Menteng, Jakarta, belum bisa diterima. Ia pun terpaksa menurunkan harga sotonya dibawah soto yang lain, kala itu.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia Suasana Soto Lamongan dan Sate Kambing Jaya Agung, yang sejak tahun 1972 sudah berdiri di Jalan Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta, dengan berjualan Soto Lamongan.
"Diturunkan harganya sampai Rp 15 perak waktu itu, supaya abis. Ditambah soto Madura, dan Jawa Timur yang mirip-mirip," ujarnya.

Jali pun terpasksa menurunkan harga lebih rendah agar sotonya mulai dilirik calon pembeli. Berpindah dari tempat satu ke tempat lain sudah merupakan hal lumrah kala itu, sebelum kini menetap di perempatan Jalan Sabang.

Ternyata bermula dari warga Lamongan dan Jawa Timur yang mampir di gerobaknya, satu persatu cerita mulai tersebar. Di tahun 1980-an akhir sotonya mulai ramai dikenal, dan Jali mencoba peruntungan dengan menawarkan menu sate.

Mulai saat itu teman-temannya semakin banyak yang mengikuti jejaknya. Gelombang perantau pun semakin besar dari Lamongan. Soto lamongan kala itu mulai banyak ditemui, dan beberapa memiliki kisah suksesnya sendiri-sendiri.

Di usianya yang tak lagi muda, Jali masih aktif mengecek kedai kuliner Lamongan yang diteruskan oleh anak laki-laki bersama istrinya di Menteng, Jakarta Pusat.

Kedai soto lamongan yang ia rintis kini lebih terkenal dengan Sate Sabang dan Soto Lamongan Jaya Agung, kedainya memang berlokasi di perempatan Jalan Sabang.

************************

Ingin mencoba wisata cruise gratis Singapura - Malaka - Singapura? Caranya gampang, ikuti kuis dari Omega Hotel Management di sini. Selamat mencoba!

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search