USIA Li Ka-Shing pada tahun ini adalah 89 tahun. The Hurun Institute mencatat kekayaan Li pada 2016 sebesar US$ 25 miliar, sedangkan pada tahun ini masih sama dengan jumlah kekayaan sebelumnya.
Ia lahir dari kalangan keluarga sederhana di Chaozhou, Guangdong, pada 13 Juni 1928. Ayah Li bekerja sebagai guru. Memasuki 1940, waktu itu usianya 12 tahun, terpaksa pindah ke Hong Kong, karena di Tiongkok terjadi perang saudara antara kelompok komunis dan nasionalis.
Di wilayah bekas negara perserikatan Britania Raya ini, Li bersama keluarga menumpang di rumah pamannya, yang kala itu sebagai salah satu orang kaya. Dia mulai mengais rezeki dengan berbagai cara, termasuk menjadi salesman.
Pada 1950, ayahnya meninggal dunia, membuat Li semakin giat mencari uang. Usianya saat itu sekitar 22 tahun.
Ternyata ia punya keinginan yang kuat untuk mengubah hidup. Bapak dua anak ini memutuskan meminjam uang kepada saudara dan sahabat. Lalu dijadikan modal untuk membangun PT Cheung Kong Industries, sebuah pabrik pembuat bunga plastik.
Pengalaman sebagai tenaga penjual, membantu Li, bagaimana memasarkan produk, tak heran jika Cheung Kong menjadi pemasok terbesar bunga plastik di Asia. Berkat ketelatenan mengurus usaha dan cerdas melihat peluang, secara bertahap mulai merambah bisnis lain.
Misalnya, ketika memasuki bisnis properti, krisis politik di Hong Kong pada 1967 justru dilihat bukan sebagai tragedi melainkan peluang. Karena banyak orang meninggalkan Hong Kong, harga properti pun anjlok. Dia dengan agresif membeli tanah dengan harga murah.
Dari situ mulai perlahan menjadi raja properti seperti sekarang. Berbagai lini usaha itu dijadikan dalam satu kelompok bisnis yakni Cheung Kong Group dan terdaftar di Bursa Efek Hong Kong pada 1972.
Untuk Cheung Kong Property Holdings kini ia ganti namanya menjadi CK Asset Holdings. Pada 1979 dia melakukan akuisisi terhadap Hutchison Whampoa dan pada 1985 membeli Hongkong Electric Holdings Limited.
Bisnis Li sekarang sudah tersebar lebih dari 52 negara. Bidang usaha Li: perbankan, konstruksi, properti, produsen plastik, telekomunikasi, televisi satelit, industri semen, apotek, supermarket, hotel, transportasi darat, bandara, pembangkit tenaga listrik, produksi baja, pelabuhan, dan jasa pengiriman.
Li juga sempat membeli saham Facebook, tapi bukan untuk investasi menambah kekayaan melainkan sekedar hobi. Untuk di Indonesia, dia juga tertarik untuk meningkatkan investasi sesuai pertemuan dengan Pemerintah Indonesia pada Mei 2017. Selama ini, CK Hutchison Holdings telah berinvestasi di Indonesia senilai US$ 10 miliar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar