Sabtu, 01 Juli 2017

Kisah Para Pesepakbola yang Selamat dari Maut di Udara

Dalam dunia penerbangan, ada satu kata yang sangat dibenci oleh sebagian besar orang yang hendak berpergian dengan menyeberangi langit luas. Ya, kata itu adalah "Delay". Delay yang dalam Bahasa Indonesia berarti "menunda" adalah ujian kesabaran bagi tersendiri bagi mereka, tidak peduli seburu-buru apapun mereka sebenarnya. Mau mudik, misalnya. Niatnya ingin cepat-cepat sampai ke tujuan bertemu sanak saudara, mencicipi masakan nenek, eh kenyataannya malah kita harus mencicipi katering maskapai terlebih dahulu, nasi kotak.

Kenapa suatu keberangkatan dapat tertunda atau delay? Biasanya disebabkan oleh faktor-faktor keselamatan penerbangan, seperti halnya ada kerusakan mesin pesawat, kurangnya bahan bakar pesawat, dan cuaca buruk. Bisa juga karena faktor kurangnya profesionalisme dari maskapai penerbangan dalam memberikan pelayanan.

Tertundanya suatu keberangkatan juga dapat disebabkan oleh kecerobohan si penumpang itu sendiri, seperti halnya tiket pesawat hilang atau paspor tertinggal ketika hendak ingin keluar negeri. Ketika kita sudah mengantongi tiket keberangkatan pesawat untuk perjalanan yang dinanti-nanti pun, dapat pula suatu penyakit tiba-tiba datang menjangkiti, sehingga batal berangkat karena harus bed rest.

Bagi sebagian orang, tertundanya keberangkatan pesawat menghalangi produktivitas mereka. Namun, nampaknya bagi sebagian orang justru dapat menjadi berkah tersendiri, seperti halnya para pesepakbola yang selamat dari tragedi Superga Air Disaster 1949 (Torino), Munich Air Disaster 1958 (Manchester United), dan yang terbaru kecelakaan pesawat yang menimpa kesebelasan Associação Chapecoense de Futebol pada tahun 2016 lalu, yang kini dikenal sebagai "Tragedi LaMia Flight 2933". Seperti apa kisah mereka? Mari kita simak.

Sauro Tomà (Torino) Tragedi Superga yang menewaskan generasi terbaik Torino sepanjang sejarah ini (The Grande Torino) ternyata masih menyisakan satu nama yang hingga tahun 2017 ini masih hidup. Ia adalah Sauro Tomà. Pria kelahiran 4 Desember 1925 ini selamat dari tragedi tersebut karena cedera yang dialaminya. Sebuah pertandingan di liga menyebabkan dirinya mengalami cedera lutut yang mengharuskannya absen membela Torino melawan Benfica di Portugal. Disebutkan bahwa mantan defender Torino selama musim 1947-1951 ini sudah mengunjungi beberapa ahli ortopedi terbaik, tetapi semuanya gagal untuk menyembuhkannya tepat waktu.

Pasca kejadian tersebut, Ia masih sempat membela Torino hingga tahun 1951 tapi gagal menemukan ketenangan pikiran yang menyebabkan dia selalu berpikir bahwa dia adalah seorang survivor. Tomà mengakhiri karir sepak bolanya bersama Bari pada tahun 1955. Tomà hingga kini masih tinggal di kota Turin, dekat dengan Stadio Filadelfia, kandang The Grande Torino pada masa itu, dan masih turut aktif untuk menghadiri kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tribut Tragedi Superga.

Renato Gandolfi (Torino) Jika Sauro Tomà tidak berangkat ke Portugal karena cedera, maka lain halnya dengan Renato Gandolfi. Kala itu, untuk pertandingan menghadapi Benfica di Portugal, Torino hanya berencana membawa dua kiper saja. Valerio Bacigalupo selaku kiper utama sudah pasti dibawa, dan seharusnya Renato sebagai kiper kedua juga ikut serta. Akan tetapi, Aldo Ballarin, defender andalan Torino pada masa itu, memaksa klub dan juga Renato untuk mau mengalah dan memberikan kesempatan untuk adiknya, yaitu Dino Ballarin yang berstatus sebagai kiper ketiga.

Dino Ballarin dikatakan sebagai pemain yang cukup berdedikasi untuk tim karena sering terlihat datang latihan paling awal dan pulang latihan paling akhir. Hal ini membuat Aldo ingin memberikan hadiah untuk adiknya tersebut. Namun, tak disangka, ternyata kejadian tersebut justru malah menyelamatkan nyawa Renato dari Tragedi Superga, sebaliknya Aldo dan Dino tewas dalam peristiwa yang mengenaskan tersebut. Renato Gandolfi mengakhiri karirnya bersama Piacenza Calcio tahun 1961 dan meninggal dunia tahun 2011.

Colin Webster (Manchester United) Mantan pesepakbola asal Wales ini membela Manchester United pada rentang 1952-1958. Ia selamat dari peristiwa Tragedi Munich karena tidak ikut pesawat yang membawa tim menuju Belgrade, Yugoslavia. Alasan ia tidak dibawa tim adalah karena masalah kesehatan, yaitu sakit flu. Di tahun yang sama dengan kejadian naas tersebut, Colin Webster pulang kampung ke Wales untuk membela Swansea Town sebelum mengakhiri karirnya sebagai pemain bersama Newport County tahun 1964. Ia meninggal tahun 2001 akibat kanker paru-paru.

Wilfred "Wilf" McGuinness (Manchester United) Pria kelahiran 25 Oktober 1937 ini adalah salah satu dari skuad The Busby Babes yang masih hidup hingga kini. Ia tidak ikut dalam perjalanan pesawat ketika Tragedi Munich terjadi karena cedera yang dialaminya membuat Matt Busby akhirnya memutuskan untuk tidak mengikutsertakannya. McGuinness mengakhiri karir sebagai pemain di usia yang cukup muda, yaitu 22 tahun akibat cedera parah pada kakinya di musim 1959-1960. Ia sempat menjadi manajer Manchester United pada musim 1969-1970 sebagai suksesor Matt Busby, sebelum akhirnya dipecat pada Desember 1970.

José Nivaldo Martins Constante (Chapecoense) Kiper veteran Chapecoense, yang memang sudah tidak lagi menjadi pilihan utama ini, tidak ikut menuju laga final melawan Atletico Nacional karena ia harus mempersiapkan diri untuk menghadiri laga ke-300-nya bersama Chapecoense kala bersua Atletico Mineiro di pekan terakhir Serie A Brazilian League musim 2016. Setelah insiden ini, dikabarkan Nivaldo memutuskan untuk pensiun setelah melakoni laga ke-300-nya bersama klub.

Jadi, sebenarnya Nivaldo masih direncanakan untuk dibawa oleh pelatih Chapecoense, Caio Junior, menuju Medellin, Kolombia untuk melakoni laga final leg pertama Copa Sudamericana 2016. Namun, ada sedikit perubahan rencana, dimana tim Chapecoense yang seharusnya terlebih dahulu kembali ke kota Chapeco sebelum menuju Medellin, ternyata memutuskan untuk langsung ke Medellin dari Sao Paolo usai menghadapi Palmeiras di ajang Serie A Brazilian League. Hal ini membuat Caio Junior akhirnya memutuskan untuk tidak mengikutsertakan Nivaldo.

Penjaga gawang berusia 42 tahun itu juga akan menjadikan laga ke-300-nya bersama klub sebagai ajang penghormatan bagi rekan-rekannya yang telah meninggal dunia akibat insiden jatuhnya pesawat yang mereka tumpangi.

"Rekan setimku ingin kami memainkan laga ini (melawan Atletico Mineiro)" ungkapnya.

"Saya hanya tidak tahu bagaimana dapat berdiri ketika seisi stadion menyebut-nyebut nama para pemain yang telah meninggal. Kami akan mencoba. Namun, ini pastinya akan sulit".

Hyoran Kauê Dalmoro (Chapecoense) Pria asli kelahiran Chapeco, Brazil 23 tahun yang lalu ini tidak ikut terbang menuju Kolombia akibat cedera yang dialaminya, sehingga ia tidak diikutsertakan oleh Caio Junior, pelatih Chapecoense.

Alejandro Martinuccio (Chapecoense) Sama halnya dengan Hyoran, winger berpaspor Argentina ini tidak diikutsertakan dalam tim Chapecoense untuk laga final melawan Atletico Nacional karena mengalami cedera.

Marcelo Boeck (Chapecoense) Pria kelahiran 28 November 1984 ini tidak ikut serta dalam tim karena pada saat hari kejadian kecelakaan pesawat tersebut, ia sedang merayakan ulang tahunnya yang ke-32 di rumahnya. Ditambah lagi, Marcelo memang bukan kiper utama dari Chapecoense.

Lourency do Nascimento Rodrigues (Chapecoense) Gelandang serang masa depan Chapecoense ini tidak ikut dalam penerbangan menuju Final Copa Sudamericana 2016 karena permintaan khusus dari manajer tim U-20 Chapecoense.

Nama-nama pemain lain yang juga selamat atas insiden ini karena tidak ikut diberangkatkan adalah Nenem (Odair Souza), Demerson, Andrei, Moises dan Rafael Lima.

Ya, itulah kisah dari beberapa pesepakbola yang berhasil selamat dari kecelakaan naas pesawat terbang akibat gagal berangkat. Benar yang dikatakan para guru Agama bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Tertundanya suatu keberangkatan tidak selalu menjadi tanda kesialan. Bisa jadi, kisah-kisah di atas adalah rencana Tuhan agar manusia dapat menjadikannya sebagai pelajaran bahwa hidup adalah sebuah hal yang amat berharga. Tuhan juga nampaknya hendak mengingatkan manusia untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya sebelum tiket mudik menuju ke keabadian benar-benar Dia berikan kepada siapa pun yang bernyawa.

Hope we can meet in heaven.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search