
Jakarta – Beberapa ratus Warga negara Indonesia (WNI) dimaksud dibaiat jadi militan Islamiq State of Syria and Iraq (ISIS). Saat ini, nasib mereka di Turki seperti menelan buah simalakama.
Kehadiran WNI yang gabung dengan ISIS jadi sorotan dunia. Indonesia dimaksud jadi negara paling besar ke-2 dalam soal jumlah WNI yang gabung dengan grup radikal ISIS. Berdasar pada data dari Kementerian Dalam Negeri Turki seperti ditulis News. com. au, pada Sabtu 15 Juli 2017, dari keseluruhan 4. 957 militan asing ISIS yang di tangkap di Turki, warga Rusia yaitu yang paling banyak didunia, yaitu 804 orang. Dibarengi lalu oleh warga Indonesia yang sejumlah 435 orang.
Atas mencuatnya kabar berita itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius mulai bicara. Suhardi menerangkan beberapa WNI yang gabung dengan ISIS itu tidaklah petarung (fighter) semuanya. Dari sejumlah 400 WNI itu, kata Suhardi, tidak diterangkan oleh pihak Turki status mereka dengan ISIS.
" Tolong diingat, posisi paling banyak sesudah Rusia, namun ingat dari Rusia itu fighter semua. Bila dari Indonesia itu ada anak-anak, ada perempuan, serta persentase kita itu dari populasi kita 200 juta lebih serta yang pergi itu 400 orang, " kata Suhardi.
Menurut Suhardi, WNI yang baiat ke ISIS ke luar Indonesia karna tertarik untuk hidup di negara dengan ideologi Islam. " Namun (kenyataannya) hingga saat ini telah kita saksikan yang tertahan di perbatasan. Itu nyatanya mereka dibohongi, berarti propaganda serta janjinya tidak cocok yang diinginkan. Saat ini mereka keluar juga sulit, " tuturnya.
Suhardi mengungkap WNI yang gabung di ISIS yaitu korban propaganda palsu mengenai hidup sejahtera serta berdasarkan kekhilafahan yang dikerjakan grup radikal itu lewat internet. Ia prihatin karna banyak WNI yang pada akhirnya gigit jari waktu ada di dalam grup ISIS.
" Ngapain disana, disini (Indonesia, red) telah bagus kok. Dasarnya motivasinya ada dua, problem kesejahteraan, yang ke-2 ideologi yang mereka yakini ingin hidup disana lebih islami nyatanya disana yang diperoleh lihat penyiksaan, kekerasan keseharian, " papar Suhardi.
" Kami memandangnya dari bagian banyak warga kita sebagai korban kabar berita di sosial media ISIS yg tidak benar, " sambung Suhardi.
Jenderal bintang tiga ini mengingatkan orang-orang supaya tidak gampang termakan janji-janji surga ISIS seumpama diminta jual semua harta benda di Indonesia jadi modal pindah serta cost perjalanan juga akan ditukar setibanya di lokasi ISIS. Karna mencari kesejahteraan di daerah yang tengah berkonflik, sulit.
Hal seirama juga di sampaikan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan beberapa WNI yang ada di Turki itu adalah WNI yang terserang deportasi.
" Jadi saya menginginkan terangkan, angka yang ada yaitu angka deportasi dari th. 2015 hingga 2017. Akumulatif. Sebentar saya ada datanya. Jadi ini yaitu angka akumulasi 2015-2017 deportan. Yang dideportasi dari Turki. Jumlahnya 430 orang. 2015 ada 193 orang, 2016 ada 60 orang, 2017 ada 177 orang, " tutur Retno.
" Nah, bila kita bicara angka deportan, deportasi, bukanlah bermakna dia berkaitan ISIS. Umumnya mereka belum juga pernah menyeberang ke Suriah, " sambungnya.
Bermacam jalan keluar untuk WNI ISIS juga jadi wacana hangat. Menko Polhukam Wiranto serta Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius mensupport point wacana stateless (tidak berwarga negara) untuk WNI terindikasi ISIS di revisi UU antiterorisme. Langkah ini dipandang efisien untuk membuat takut WNI yang gabung dengan ISIS.
" (didalam) Revisi UU ada, warga negara yang beberapa terang mebantu teror dicabut warga negaranya. Cabut saja agar steteless, tidak miliki warga negara. Jadi mudah dikejar-kejar, " tutur Wiranto.
Suhardi juga mensupport wacana stateless dimasukan ke revisi UU antiterorisme supaya bisa menyebabkan dampak kapok. " Itu yang tengah dibicarakan apakah dapat dengan wacana stateless, bila itu di sampaikan beberapa orang juga akan nengurungkan tujuannya, " tuturnya Suhardi.
Suhardi mengakui senantiasa bekerjasama dengan Kemenlu berkaitan pemulangan WNI dari Turki. Pihaknya selalu berusaha mencarikan jalan keluar paling baik. Ke depan, kata Suhardi, WNI ISIS yang telah dipulangkan ke Indonesia juga akan ikuti program deradikalisasi. " Telah, mereka ikuti program deradikalisasi, " tutur Suhardi.
Bukan sekedar jadi wacana, kepulangan WNI ISIS ke Tanah Air juga memetik kontroversi. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berang pada aksi WNI ISIS. Ryamizard menyarankan WNI yang sudah gabung dengan ISIS tidaklah perlu kembali sekali lagi ke Indonesia.
" Tidak usah balik sekali lagi, " kata Ryamizard.
" Ngerepotin! Dari pada ngerepotin, agar saja disana, " katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar