jpnn.com - Keberadaan pertapa bernama Maha Guru Aertrya Narayana di tengah hutan, di lereng perbukitan Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali, menjadi perbincangkan masyarakat luas.
Bagaimana tidak, pertapa yang mengaku berasal dari Denpasar ini sedang menjalankan masa wanaprastha di tengah hutan dan ingin mencapai moksa di sana.
I PUTU MARDIKA, Kubutambahan
SAAT dievakuasi pada Jumat (18/8) lalu, pertapa yang mengaku bernama Maha Guru Aertrya Narayana memang tengah menjalani masa wanaprastha (mengasingkan diri di tengah hutan, Red). Bukan tanpa alasan, sang pertapa benar-benar ingin mengamalkan ajaran Catur Asrama.
Bahkan ketika puluhan petugas gabungan dari KRPH Provinsi Bali, Petugas Kehutanan Bali Utara, Sekdes dan Linmas Desa Tambakan bersama Bhabinkamtimbas dan Babinsa datang, Sang Pertapa sempat enggan dievakuasi.
Petugas khawatir dengan keselamatan pertapa tersebut. Akhirnya melalui negosiasi yang cukup alot, sang pertapa berhasil dibujuk untuk dibawa keluar hutan.
Namun setelah dievakuasi, ternyata Maha Guru Aertrya Narayana enggan diajak ke Desa Tambakan. Ia memilih tinggal di kandang sapi milik salah satu pengikutnya, Komang Awit, 40.
Komang Awit juga merupakan warga Dusun Sanglangki, Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar