
CIREBON – Entah setan apa yang merasuki pikiran Agus Supriyatna (38). Warga Blok Sijaba RT 02/04, Kelurahan Pasalakan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat ini tega membunuh ibu kandungnya, Sumarni (64) dan istrinya, Rawiyah (33).
Selain itu, Agus juga melukai dua putranya, Eka Galuh (5) dan Guntur (3). Bahkan pelaku juga melukai Lili (35), kakak ipar, dan Reni (35), kakak kandung. Peristiwa menggemparkan tersebut terjadi pada Sabtu (2/9) sekitar pukul 23.30 WIB. Informasi yang diperoleh menyebutkan, pada malam itu suasana Blok Sijaba mendadak gempar setelah warga mendengar teriakan minta tolong dari rumah Reni (korban luka).
Kemudian Ketua RT 02 Astra bersama warga mendobrak pintu rumah Reni. Setelah pintu terbuka, pelaku Agus keluar rumah dengan menghunus sebilah pisau sepanjang 25 sentimeter (cm) berlumuran darah. Warga lalu menghubungi Polsek Sumber. Setelah polisi datang, pelaku berhasil diamankan dan dibawa ke Mapolsek Sumber. Sedangkan korban tewas dibawa ke RS Bhayangkara Losarang Indramayu dan korban luka ke RS Mitra Plumbon.
"Saat ini petugas Polsek Sumber dan Polres Cirebon masih mendalami kasus pembunuhan itu. Motif pelaku membunuh ibu kandung dan istri serta melukai anggota keluarganya itu masih diselidiki," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus, kemarin.
BERITA REKOMENDASI
Yusri mengemukakan, berdasarkan keterangan dari lima saksi yang diperiksa polisi, keluarga itu tinggal dalam satu rumah milik Reni. Selama ini sebelum pembunuhan terjadi, kehidupan keluarga tersebut biasa saja. Tak ada perselisihan menonjol yang diketahui tetangga sekitar.
"Untuk mengetahui kondisi kejiwaan pelaku Agus, polisi akan meminta psikolog melakukan pemeriksaan. Saat ini yang dilakukan adalah memakamkan korban meninggal dunia dan memberikan perawatan medis bagi yang terluka. Korban terluka parah karena ditusuk menggunakan pisau oleh pelaku, tetapi tak ada yang kritis," ujar Yusri.
Psikolog dari Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indriyani menduga, pelaku Agus Supriyatna mengalami kombinasi personality disorder atau gangguan kepribadian dan kerusakan limbic system.
Pelaku Agus diduga belum sampai skizofrenia atau gangguan mental alias gila. Sebab pelaku masih bisa berhubungan dengan realita dan bersosialisasi dengan baik. Menurut Efnie, pemicu seseorang melakukan tindakan sadis rata-rata atau pada umumnya ada personality disorder. Artinya, pelaku mengalami gangguan kepribadian. Kalau dilihat dari struktur otak pengidap personality disorder ini, limbic system-nya mengalami kerusakan, khususnya di bagian amigdala.
Bagian otak ini berperan mengendalikan emosi dan perilaku seseorang, juga mengendalikan emosi, kasih sayang, marah, benci, dan sedih. Jika bagian ini (limbic system ) rusak, menyebabkan individu yang mengalaminya akan sulit mengendalikan diri. Saat marah, emosinya akan sulit diredam, bahkan bisa melakukan tindakan di luar kendali. Limbic system membajak kendali yang bersangkutan.
"Pelaku melakukan kejahatan secara sadar, tetapi tanpa nalar. Dia sadar melakukan itu, tetapi pelaku tak mampu mengontrol tindakannya. Kalau gangguan jiwa skizofrenia, biasanya mengalami halusinasi setiap saat dan memiliki dunianyasendirisehinggadiaterhambat berkontak dengan realitas dan bersosialisasi. Sedangkan pengidap personality disorder tidak. Dia masih bisa bersosialisasi dengan baik," kata Efnie.
Kerusakan limbic system bisa terjadi sejak kecil karena dia pernah menjadi korban kekerasan atau penyiksaan, terpapar informasi tentang agresi, kekerasan, atau melihat lingkungan sekitarnya penuh dengan tindak kekerasan.
Kondisi itu (kerusakan limbic system) bisa juga diturunkan secara genetis. Namun, genetis pada umumnya lebih ke arah temperamen. Itu terkunci dalam DNA. "Untuk memastikan apakah pelaku ini mengalami personality disorder dan kerusakan limbic system atau tidak, memang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut," ujar Efnie.
(qlh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar