Sabtu, 17 Februari 2018

Camila Cabelo, Kisah Kerja Keras Anak Imigran

BUS dan tengah malam. Dua hal itu yang selalu diingat Camila ketika mengingat perjalanan pertamanya ke Amerika Serikat (AS).

Saat itu dirinya hampir berusia 7 tahun. Camila kecil belum paham benar yang sebenarnya terjadi. Namun, dia merasakan bahwa dirinya akan meninggalkan semuanya di Havana, Kuba. Teman-teman masa kecilnya, tempat bermain, tetangga, saudara-saudaranya, dan semua kenangan manisnya.

"Mengapa kita mengemasi barang?", "Mengapa nenek memeluk saya lebih erat?", semua pertanyaan itu mencuat di kepala Camila kecil. Dengan beberapa uang ratusan dolar, pakaian secukupnya di tas, dan tidak ada petunjuk apa pun, Camila dan ibunya, Sinuhe Cabello, melangkah melintasi perbatasan AS-Meksiko menuju Miami.

Ibunya mengatakan akan pergi ke Disney World. Dia pun percaya dan membawa ransel kecil dengan majalah Winnie the Pooh , serta boneka kesayangannya. Dia tidak menyadari bahwa sebenarnya dia dan ibunya adalah imigran yang mencari kehidupan yang lebih baik di AS.

Mulai dari ekonomi, pekerjaan, hingga pendidikan yang lebih baik. Kala itu, sang ayah tetap tinggal di Meksiko. Dikutip Pop Sugar , setibanya di perbatasan, ibu dan anak ini harus menunggu di ruangan imigrasi dan dinyatakan bisa masuk ke wilayah AS. Kemudian mereka sampai di Miami dan pindah ke rumah teman kakek Camila.

Sang ibu lalu bekerja menyusun sepatu di sebuah toko sepatu. Tak lama kemudian ibunya mendapat pekerjaan di bidang arsitek dan mereka mencari apartemen. Sang ibu belajar dengan cepat karena dia benar-benar harus bertahan hidup. Camila mengatakan imigran memiliki satu kesamaan, yakni kelaparan.

Imigran tidak memiliki pilihan untuk bertahan hidup. Jadi, apa pun yang ditemuinya harus ditekuni dengan baik. Gelar ibunya yang seorang arsitek tidak berarti apa-apa di AS. Dia mengambil kelas pada malam hari untuk belajar bahasa Inggris. Delapan belas bulan kemudian sang ayah datang ke AS dan mulai bekerja sebagai tukang cuci mobil.

"Dia mulai mencuci mobil di depan Dolphin Mall di panas terik Miami," kenangnya. Seiring waktu berjalan, kedua orang tuanya kemudian memiliki perusahaan konstruksi. Camila memuji dedikasi orang tuanya terhadap pendidikannya.

Dia selalu teringat kedua orang tuanya selalu mengingatkan jika uang bisa datang dan pergi, tapi pendidikan akan selalu membantu. Kedua orang tua juga mengatakan untuk kuliah yang baik, dirinya harus mendapatkan beasiswa. Jadi, dia belajar semaksimal mungkin.

Namun, sepertinya hal ini tidak berjalan sesuai rencana. Karena setelah dia mengikuti acara pencarian bakat X Factor, kehidupannya pun berubah. Tidak lagi di jalur akademisi, melainkan di dunia musik. Di acara besutan Simon Cowell inilah kehidupan barunya dimulai yang akhirnya membuat dia seperti saat ini.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search