Selasa, 20 Februari 2018

Kisah Nyoman Derman, Berhadapan dengan Pengusaha Batu Bara, Demontrasi Sendiri Hingga di ...

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Didit Haryo Wicaksono salah seorang pembicara dari Greenpeace dalam diskusi publik terkait dampak PLTU Batu Bara Celukan Bawang yang dilaksanakan di Kampus FISIP Unud, Denpasar, Selasa (20/2/2018) sore mengatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-10 sebagai penghasil batubara atau sekitar tiga persen dari batubara dunia.

"Walaupun tiga persen dari batubara dunia namun untuk eksport-nya berada pada urutan pertama," kata Didit.

Menurut Didit, Kalimantan Timur adalah kota dengan 70 persen konversi batu bara di Indonesia, dan salah satu daerah lokasi tambangnya adalah Desa Kerthabuana, Kutai Kertanegara yang merupakan desa yang ditempati oleh transmigran asal Bali.

Mereka datang ke sana melakukan transmigrasi tahun 1990-an dan baru bisa hidup nyaman di perantauan setelah 10 tahun yang sebagian besar mengandalkan sektor pertanian.

Akan tetapi tahun 2004 tambang batubara mulai hadir dan lahan pertanian semakin menyempit.

Dalam diskusi tersebut juga diputar video yang menggambarkan suasana desa yang dikepung pertambangan batubara. 

Seorang warga dalam video tersebut, I Nyoman Derman mengatakan dirinya merasa sakit dan serba sulit di sana.

"Saya semakin sakit karena berhadapan dengan perusahaan batubara. Padahal saya baru merasa tenang setelah 10 tahun tinggal di sini," kata Derman dalam video tersebut. 

Bahkan Derman pernah melakukan demonstrasi sendiri yang berujung pada pemenjaraan dirinya.

Dalam video tersebut juga dikatakan bahwa dari 800 kepala keluarga yang tinggal di Desa hanya 20 sampai 30 orang saja yang bekerja di satu tambang.

Selain itu saat hujan satu jam, air akan naik dan sawah warga akan tergenang banjir limbah. (*)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search