Rabu, 07 Maret 2018

Kisah Guru Honorer NTT, Gaji Rp 250 Ribu Dibayar Tiap 3 Bulan

Sayangnya, Indonesia menjadi salah satu negara yang belum benar-benar bisa menghargai kontribusi besar seorang guru. Bagaimana tidak, masih banyak guru yang digaji dengan tidak layak.

Hal itulah yang dialami oleh Debie Neno, guru honorer Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Sulamu, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Wanita asli Desa Bipolo ini hanya menerima gaji sebagai tenaga pengajar sebesar Rp 250 ribu. Lebih parahnya, gaji yang diterimanya dibayarkan setiap tiga bulan.

"Kalau mau bilang cukup, tidak cukup lah namanya kebutuhan," kata Debie kepada JawaPos.com, Rabu (7/3).

Pasalnya, kebutuhan hidup di Kupang termasuk tidak murah. Sebagai contoh, untuk sebungkus nasi padang dengan lauk rendang, dihargai sebesar Rp 20 ribu per porsi. Untuk segelas kopi saja, diharga Rp 5 ribu per gelas. Hampir dua kali lipat dibanding harga di Jakarta yang hanya Rp 2500 per gelas.

Wanita berusia 29 tahun itu melanjutkan, rendahnya gaji tenaga honorer tersebut bukan hal baru baginya. Pada 2013 silam, dirinya hanya menerima gaji Rp 85 ribu. Jumlah yang jauh dari kata layak.

"Memang kecil. Tapi harus disyukuri," tuturnya.

Bahkan, gaji tenaga honorer tersebut membuat rekan-rekannya yang bernasib sama mengalami kendala dalam mengajar. "(Guru honorer) yang dari Kupang, minta izin tidak mengajar karena nggak punya uang bensin. Belom lagi ada yang sudah berkeluarga. Bayangkan saja mereka banyak yang habis waktu di jalan," jelas dia.

Namun demikian, hal itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap memberi ilmu kepada masyarakat Sulamu. Baginya, pengabdian jauh lebih berharga dan bermanfaat bagi orang banyak.

"Punya keinginan (ngajar diluar) sih, tapi kebetulan disini ada sekolah jadi mengabdi saja," kata wanita lulusan Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Agama Kristen Protestan ini.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 5 Sulamu, Gasper Snae tak memungkiri jika gaji tersebut membuat para tenaga pengajar kesulitan. Ditambah lagi, pihaknya juga sangat kekurangan untuk belanja operasional sekolah.

"Memang betul yang tidak ada uang bensin mereka minta izin tidak mengajar karena tidak ada lagi karena mereka tinggal di Kupang. 1-2 hari izin," ungkapnya.

"Buku pelajaran masih kurang. Karena kami dana bos dalam satu tahun itu ada dana khusus untuk belanja buku tapi ada kebutuhan lain yang mendesak hingga tidak bisa dibelanjakan semua," pungkasnya.

(hap/JPC)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search