Kamis, 26 April 2018

Kisah di Balik Gelar Doktoral Fadi Al Batsh dan Kesetiaan Sang Istri

KIBLAT.NET, Kuala Lumpur- Jasad Dr Fadi Al Batsh ilmuawan Palestina yang tewas dalam insiden penembakan di Kuala Lumpur, Malaysia akhirnya dipulangkan malam ini Rabu (25/04/2018) ke Gaza melewati Mesir. Pemulangan akan didampingi langsung oleh sang Istri dan anak-anaknya, Enas Al Batsh (31 tahun).

Mengenakan jilbab biru, Selasa malam (24/04/2018) Enas berbicara di hadapan media untuk pertama kalinya sejak suaminya meninggal. Dari wajahnya tampak masih diselimuti kesedihan. Namun ia tetap tegar dan menerima kepergian suami tercinta.

Enas mengaku telah tujuh tahun mendampingi almarhum Dr Fadi Al Batsh di Malaysia. Setelah ini, ia dan ketiga anaknya akan kembali ke Palestina dan tinggal di sana untuk seterusnya.

Mengenang sang suami, Enas mengatakan bahwa Dr Fadi adalah sosok yang sangat semangat dalam menimba ilmu. Bahkan dirinya selalu dimotivasi dan diminta agar dapat melanjutkan studi hingga mendapatkan gelar akademik tertinggi layaknya sang suami.

Enas mengatakan bahwa dirinya akan menghormati keinginan suaminya itu. Melalui seorang penerjemah, Enas mengungkapkan bahwa dia telah mendaftar untuk program PhD di Fakultas Pendidikan Universitas Malaya dan akan melanjutkan studinya secara online dari Palestina.

"Saya masih ingat pesan suami saya,'Kamu telah sabar menantiku hingga program PhD-ku selesai, dan aku akan menunggumu hingga engkau melanjutkan program PhD'. Dia sangat gigih memotivasi saya agar melanjutkan program studi," ungkapnya kepada awak media Selasa malam.

Tak cuma itu, demi menghormati sang suami ia berjanji untuk menghidupi dan mendidik anak-anaknya. Dari pernikahannya dengan Dr Fadi, Enas telah melahirkan seorang putra bernama Mohammed (1 tahun) dan dua orang putri, Doaa (6 tahun) dan Aseel (4 tahun).

Cukup banyak yang Enas ceritakan malam itu. Suaranya pun masih diwarnai kesedihan. Menjelang insiden mengenaskan itu, Dr Fadi sempat mengajak Enas untuk pergi berlibur di suatu tempat di Malaysia. Namun semua itu batal terwujud. Lantaran sosok yang mendampingi dirinya kini telah tiada.

Bagi Enas, Dr Fadi adalah seorang pria yang sangat baik dan selalu berpikir positif dalam menjalani segalanya. Adik iparnya, Ramy Al Batsh pun juga mengungkapkan, sosok mendiang kakaknya adalah orang yang luar biasa dan baik hati.

Diceritakan, Dr Fadi sangat senang berdakwah dan mengajarkan ilmunya ke siapa saja. "Dia adalah orang yang optimis yang senang mengajarkan ilmunya ke pada orang-orang sekitarnya," timbal Enas.

Ramy sangat marah kepada pelaku pembunuh saudara laki-lakinya itu. "Pelakunya harus dibawa ke pengadilan dan menghadapi hukuman terburuk," katanya. Ia menambahkan, selain hafiz Alquran, Dr Fadi adalah pria yang sangat disayangi oleh orang banyak.

"Saya tak percaya bahwa dia telah menyakiti orang lain sehingga menyebabkan pembunuhan," katanya.

PhD merupakan singkatan dari Doctor of Philosophy, merupakan gelar akademik tertinggi pada banyak bidang keilmuan. Kendati demikian, gelar akademik ini tidak bermakna doktor di bidang keilmuan filsafat, melainkan sebagai gelar penghormatan dalam tingkat kebijaksanaan (philosophia:love of wisdom) pada suatu bidang keilmuan selain bidang teologi, hukum dan medis. Gelar PhD yang diterapkan di berbagai negara setara dengan gelar doktor di Indonesia.

Sumber: The Star Online
Redaktur: Syafi'i Iskandar

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search