Rabu, 11 April 2018

Kisah Raziya Sultana, Pemimpin Muslim Wanita Pertama dari India yang Pemberani

SYAMS-AL-DIN Iltutmish memasuki istana Kesultanan Delhi sebagai seorang budak dari Turki. Beruntung ketika mati dia sudah menjadi seorang Sultan Delhi. Peristiwa itu dianggap sebagai indikasi awal, bahwa putrinya, Jalalat-Al-Din Raziya memang di ditakdirkan akan menjadi orang yang besar.

Pada 1236, Jalalat-Al-Din Raziya, yang dalam catatan sejarah dikenal sebagai Raziya Sultan, naik tahta sebagai penguasa wanita pertama dari Kesultanan Delhi. Meski, ceritanya dianggap indah dalam budaya populer, kenyataannya tidak demikian. Lantas, bagaimana kisah Raziya bisa menjadi pemimpin perempuan pertama yang naik tahta dan sukses memimpin Kesultanan Delhi?

BERITA TERKAIT +

 (Baca Juga: Setelah Hijrah 3 Seleb Pria Ini Makin Romantis dengan Istrinya)

Dilansir dari Mvslim, Rabu (11/4/2018), sang ayah, ltutmish tiba di kesultanan Delhi sebagai budak Turki. Dia adalah budak kesayangan tuannya, Qutb Al-Din Aibak, Sultan pertama Delhi. Sebagai budak kesayangan ia dinikahkan dengan putri Sultan, Qutub Begum dan secara otomatis menjadi bagian dari keluarga sultan yang berkuasa kala itu. Pernikahan mereka dikaruniai seorang putra, Nasiruddin Mahmud dan seorang putri Jalalat-Al-Din Raziya. Ketika Raziya masih anak-anak, kakeknya Aibak meninggal dan ayahnya secara otomatis naik tahta menjadi Sultan Delhi kedua.

 

Pada tahun-tahun masa hidupnya, Sultan Iltutmish harus mengambil keputusan penting tentang siapakah yang akan naik tahta menggantikan posisinya untuk mengurus pemerintahan di kesultanan. Berdasarkan qabliyat (yaitu kemampuan), Iltutmish akan memilih putranya, Nasiruddin Mahmud, yang pada waktu itu juga memerintah sebagai gubernur Bengal. Namun, di bawah kondisi misterius, Nasiruddin Mahmud meninggal dan Iltutmish bingung akan menyerahkan tahta kepada siapa.

  (Baca Juga: Trik Riasan Flawless ala Make-Up Artist Natasia Adrina)

Saat itu tidak ada satu pun anak laki-laki yang lahir dari istrinya yang lain, kalau pun ada anak laki-laki itu belum cukup usia untuk menjadi sultan. Sementara, putrinya, Raziya, telah menunjukkan kemampuannya mengelola kesultanan. Ketika ayahnya pergi berbisnis atau kampanye, dia sudah bertanggung jawab sebagai bupati yang kompeten, meski saat itu masih dibantu oleh orang kepercayaan Sultan.

Raziya telah menjadi wanita yang terdidik, baik dalam pendidikan formal maupun secara ilmu Alquran. Selain itu, ia terampil dalam seni bela diri, maka tak heran jika sebagai prajurit dia cukup terlatih. Raziya juga mahir menunggang kuda dan gajah, prestasi lainnya juga banyak.

Sebelumnya

1 / 2

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search