Selasa, 03 April 2018

Kisah Warga Indonesia, Yulia Baso, Tur Keliling Taman Nasional AS

Amerika Serikat memiliki 60 kawasan lindung yang dikenal sebagai taman nasional yang dikelola oleh National Park Service, bagian dari Departemen Dalam Negeri. Undang undang Amerika tahun 1916 menyatakan bahwa Taman Nasional adalah tempat untuk melestarikan pemandangan, obyek alam, sejarah dan margasatwa di dalamnya.

Berdasarkan stastistik tahun 2017 dari situs national park service, salah satu kegiatan favorit warga internasional di Amerika adalah berkunjung ke taman nasional khususnya di masa liburan musim panas.

Belum lama ini, warga Indonesia, Yulia Baso, berkunjung ke Amerika khusus untuk melakukan tur keliling taman nasional. Sebagai persiapan melakukan perjalanan darat yang panjang, Yulia membiasakan dirinya untuk menyetir mobil di Amerika selama satu bulan.

"Mau gak mau saya harus bisa memperlancar nyetir, sementara kalau di Amerika kan setir kiri, jalurnya beda, jadi mau tidak mau harus satu bulan sebelumnya memperlancar nyetir gitu," papar Yulia Baso kepada VOA Indonesia baru-baru ini

Taman nasional yang populer serta banyak dikunjungi wisatawan adalah Yosemite di San Francisco California dengan jumlah pengunjung lebih dari 4 juta ditahun 2017.

Umumnya untuk mengunjungi taman nasional di Amerika ini gratis, tetapi ada 17 diantaranya yang memberlakukan tanda masuk berkisar antara $15-$80.

Bersama temannya Nonnie, Yulia mengawali perjalanannya dari San Francisco mengunjungi taman nasional Yosemite dan kemudian Death Valley yang keduanya ada di California. Dilanjutkan ke Bryce Canyon dan Zion di Utah serta terakhir Grand Canyon di Arizona. Selain itu Yulia sempat mengunjungi beberapa tempat lain seperti Cape Coral di Florida, Shenandoah di Virginia, Baltimore, Annapolis dan Las Vegas.

Yulia sedang memandang Badwater Basin di Death Valley titik terendah di Amerika Utara 855 meter di bawah permukaan laut. (dok. pribadi)
Yulia sedang memandang Badwater Basin di Death Valley titik terendah di Amerika Utara 855 meter di bawah permukaan laut. (dok. pribadi)

"Yosemite itu sebenarnya half dome ya, jadi itu kayak surganya panjat tebing cuman kita hanya tracking. Kalau di Death Valley ya kalau di Indonesia kan lembah kematian ya, memang itu berbagai warna batunya itu yang bener-bener kayak lukisan di canvas. Terus kalau di Bryce Canyon itu adalah hoodoo. Berada di Bryce Canyon itu kayak berada di istana jaman dulu banget. Trus kalau Zion itu, Angel's Landing ya itu memang tempatnya agak susah sih perjalanan kesana. Tapi itu keren banget. Naiknya tuh agak susah, jadi kita harus berpegangan rantai, pelan-pelan dan dan kalau pagi ada embun, jadi agak susah," cerita Yulia kepada VOA.

Pemandangan di pagi hari saat matahari terbit di Bryce Canyon. (dok. pribadi)
Pemandangan di pagi hari saat matahari terbit di Bryce Canyon. (dok. pribadi)
Pemandangan Grand Canyon dari Watch Tower. (dok. Yulia Baso)
Pemandangan Grand Canyon dari Watch Tower. (dok. Yulia Baso)

Selama melakukan tur dan perjalanannya di Amerika, Yulia bisa merasakan cuaca yang berbeda di tiap negara bagian. "Satu setengah bulan terakhir hanya di daerah Arlington karena ya udaranya kan udah buruk banget udah naik turun, kadang hujan kadang hari ini panas besoknya ujan salju," ujar perempuan yang berprofesi sebagai penterjemah di Indonesia ini.

Walau sebelumnya sudah tiga kali ke Amerika, baru kali ini Yulia mengunjungi daerah pedesaan. Selain dapat melihat pemandangan, Yulia dapat mengenal karakter warga Amerika. Sehingga ia bisa melihat sisi lain dari Amerika.

"Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah bisa mengunjungi dearah Fair Banks di Alaska. Itu mengesankan sekali sih. Mungkin kalau ada kesempatan dan dana mungkin akan balik lagi tapi ya bukan di musim dingin. Dan orang-orangnya tuh ramah gak dibuat-buat," kata perempuan yang aktif di Komunitas Lebah yang fokus kepada kegiatan sosial, khususnya untuk bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia ini

"Kesan pertama pengelolaan taman nasional di Amerika sangat luar biasa, serius dan memperhatikan keselamatan pengunjungnya. Toiletnya bersih, tidak ada sampah dan mereka sangat mengandalkan cuaca, jadi cuaca hari ini atau besok, semua sudah dipasang di papan. Semuanya jelas ada di peta yang dibagikan di gerbang. Jadi benar-benar keren banget. Terus kita jadi berandai-andai, coba ya kalau di Indonesia ada yang seperti ini," cerita Yulia kepada VOA.

Trek menuju Angel's Landing di Zion, Utah, hanya bisa berpegangan ke rantai. (dok. Yulia Baso)
Trek menuju Angel's Landing di Zion, Utah, hanya bisa berpegangan ke rantai. (dok. Yulia Baso)

Kepada teman-teman di Indonesia yang berencana mengunjungi taman-taman nasional di Amerika, Yulia berbagi tips agar mempersiapkan pakaian yang perlu dibawa.

"Tipsnya yang jelas sebelum pergi, harus lihat cuaca sih. Jadi pakaian yang dikenakan kita harus disesuaikan dengan cuaca gitu. Misalnya musim dingin mau gak mau pakaiannya harus berlapis-lapis gitu ya. Jadi biar gak kaget juga ya karena cuaca kan beda banget. Itu yang paling utama adalah lihat cuaca untuk pergi ke suatu tempat yang beda iklan dengan Indonesia. Trus browsing sih yang jelas, apa yang penting ditempat-tempat itu. Sebisa mungkin dibawa aura postifnya jadi kalaupun ada yang gak sesuai rencana ya gak usah bete dan sabar sabar aja kalau ada gegar budaya kayak culture shock gitu ya dimaklumi tapi dibuat seceria mungkin sesemangat mungkin dan sepositif mungkin," kata Yulia Baso menutup obrolannya dengan VOA. [dsj]

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search