
Tak mau kalah bergoyang seperti sang biduan, bak penyanyi dangdut profesional, Inayah pun turut melakukan aksi goyang 'ngebor' seperti yang biasa dilakukan biduan-biduan penyanyi orkes dangdut pantura. Sontak hal ini pun membuat semua pengunjung tertawa terkekeh, karena usai goyang, Inayah nafasnya ngos-ngosan.
Usai biduan kelompok orkes keliling yang digawangi oleh Marwoto (Pelawak senior) ini selesai bernyanyi, tiba-tiba, saat sedang beristirahat di Warteg milik Inayah, muncul seorang perempuan cantik (Sruti Respati) bersama pasangannya (Daniel Christianto), dan bosnya (Tarzan).
"Pakde apa kabarnya?," tanya Sruti kepada Marwoto. Mendapat sapaan seorang perempuan cantik yang tak dikenalnya, awalnya Marwoto sempat terdiam. Namun setelah si perempuan cantik yang mengenakan pakaian kebaya ini memperkenalkan dirinya bahwa dia adalah Sruti keponakannya dulu, yang pernah berprofesi sebagai biduan keliling seperti anaknya, Marwoto pun akhirnya mengenalinya."Owalah kamu Sruti toh," ucap Marwoto heran.
"Pakde ini nggak pernah berubah ya penampilannya," kata Sruti pada kerabatnya tersebut. Mendapat pertanyaan tersebut, Marwoto pun memuji dirinya sendiri setengah langit." Memang aku ini konsisten kok. Konsisten jelek, dari kecil, dewasa, hingga tua konsisten. Konsisten jelek," kata Marwoto disambut tawa pengunjung.
Setelah berbasa-basi, Sruti kemudian pamer tentang keberhasilannya menjadi seorang pedangdut terkenal. Sebagai tanda keberhasilannya, dia pun memberikan beberapa hadiah yang dibungkus goody bag kepada sang paman, namun tidak kepada sepupunya sendiri si Silir. Sebab, dia beranggapan bahwa Silir adalah pesaingnya di dunia tarik suara.
Kepada sang paman, Sruti bercerita jika dirinya bukan seperti Sruti yang dulu. Dia kini menjadi seorang penyanyi dangdut terkenal di tingkat nasional. Ini katanya berkat diorbitkan oleh bosnya, Tarzan.
Mendengar cerita keponakannya tersebut, Marwoto pun iri dan tergiur akan keberhasilan Sruti. Dia pun berkata kepada Sruti agar si Silir anaknya bisa ikut diorbitkan ke bosnya. Namun, bukanya menerima dengan tangan terbuka, Sruti malah bersikap 'judes' dan ogah membantu sepupunya. Kata Sruti, menjadi seorang biduan yang terkenal itu nggak gampang. Harus punya kualitas vokal yang bagus serta berbagai kemampuan lainnya. Hal itu menurut Sruti, nggak dimiliki oleh Silir, sepupunya. Sehingga tidak layak menjadi seperti dirinya.
"Kok kamu malah sinis sih Sruti, bukannya bantu Silir," ucap Marwoto menegur keponakannya tersebut. Mendapat teguran sekaligus sindiran tersebut, Sruti bukanya menurut malah semakin marah. Dia tetap nggak terima jika Silir menjadi biduan terkenal.
Sruti tidak tahu, jika sebenarnya, Tarzan bosnya hanya memanfaatkan ketenaran, suara, dan kemolekan tubuhnya agar bisa meraup suara masyarakat pantura. Sebab Tarzan ingin mencalonkan diri menjadi seorang calon anggota legislatif di daerah pantura tersebut. Sehingga, agar dirinya memperoleh suara banyak, dan mendapat kursi jabatan, dia harus pintar-pintar menarik hati rakyat meskipun harus menghalalkan segala cara.
Namun, Sruti yang tengah mabuk kepayang dengan kesuksesan yang diraihnya sekarang, semakin tak bisa dikendalikan. Bahkan ketika kembali bertemu dengan mantan kekasihnya (Cak Lontong) yang sedang bersama temannya (Akbar), Sruti malah tak mempedulikannya. Alasannya, ini karena Sruti dulu merasa disakiti oleh Cak Lontong ketika masih menjadi 'biduan kampungan'. "Kemana kamu dulu pergi meninggalkan aku, sakitnya tuh di sini," kata Sruti sembari menunjuk dadanya.
Padahal Cak Lontong ingin menarik Sruti sebagai salah satu biduan yang akan memeriahkan kampanye yang akan dilakukannya, mengingat dia juga akan turut bersaing menjadi calon legislatif di daerah pantura seperti Tarzan.
Singkat cerita, untuk mencari sosok biduan kondang yang akan menjadi alat politiknya untuk meraih suara, Tarzan pun membuat ajang 'Princess Idol'.
Sementara karena terpikat ingin menjadi seorang 'Ratu Dangdut', tanpa pikir panjang, Silir pun langsung mendaftar mengikuti ajang pemilihan biduan pantura tersebut. Tak terkecuali dengan Inayah-Mucle dan duo celeng yang diperankan Joned dan Dibyo Primus (Trio GAM).
Usai acara dibuka oleh MC (Wisben Antoro/ Trio GAM), Pertunjukkan pun dimulai dengan terlebih dahulu penampilan bintang tamu personil girl band JKT 48, dengan lagu 'Sik Asik' yang dipopulerkan Ayu Ting-ting.
Usai JKT 48 tampil, sejumlah peserta 'Princess Idol' pun satu persatu unjuk gigi. Dimulai duet Inayah-Mucle, kemudian Duo Celeng. Namun, ketika giliran Silir hendak tampil, tiba-tiba acara dibubarkan oleh preman-preman kaki tangan Ari Kriting (Satriaddin Maharinga Djongki).
Ternyata otak dibalik keonaran ini adalah Cak Lontong. Ari telah dibayar oleh Lontong agar merusak acara ajang pencarian 'Princess Pantura', dengan harapan Tarzan gagal mendapatkan sang princess. " Perlu kalian ketahui siapa dibalik otak keonaran ini, kekisruhan ini. Dia adalah Lontong," beber Akbar dengan nada berapi-api.
Mendengar ucapan Akbar, Lontong pun kaget bukan kepalang. Namun, dia tak bisa mengelak karena rahasianya selama ini sudah terbongkar. Sementara itu, darah Tarzan langsung mendidih melihat acara yang diadakannya hancur berantakan.
"Kamu sudah melupakan sejarah. Antara aku dan kamu adalah satu. Kenapa kamu mengkhianati aku. Aku satu kampung dengan kamu. Aku tidak suka dengan cara kamu berpolitik. Kamu tidak santun, selalu provokasi, selalu bikin hoax. Boleh berpolitik, tapi politik yang sehat. Hargai demokrasi, tidak dengan cara-cara kotor," kata Tarzan penuh emosi kepada Lontong.
Sementara, Sruti, yang sudah mengetahui jika selama ini telah diperalat oleh bosnya, akhirnya sadar.
"Inilah jika dangdut digunakan untuk kepentingan politik. Seharusnya kita tidak seperti ini. Kita ini bersaudara, siapapun pilihan kalian dan apapun yang menjadi pilihan kalian tidak boleh mencerai-beraikan kita. Kita tidak boleh terpecah-belah. Karena ini adalah perayaan bukan permusuhan. Seharusnya dangdut bisa menyatukan kita," pungkas Sruti.
Pertunjukan ke -28 'Teater Indonesia Kita' ini mengangkat konflik antara dua biduan dangdut pantura dalam jagat dunia politik. Musik dangdut, sudah mendarah daging bagi warga pantura. Oleh karena itu, siapapun yang ingin meraih massa, maka harus pintar-pintar meraih hati warga pantura. Karena dangdut bagian dari hidup warga pantura, tak pelak, seni musik yang harusnya menjadi obat pelipur lara, kerap disalahgunakan oleh para politikus busuk hanya untuk meraih suara.
Meskipun dipentaskan dengan durasi hampir tiga jam lamanya, namun pertunjukkan ini berhasil mengocok perut ratusan penonton yang memadati gedung Graha Bhakti Budaya,Taman Ismail Marzuki, Jumat (20/4) malam.
Pertunjukkan yang disutradarai oleh Agus Noor, bersama tim kreatif seperti Butet Kartaredjasa dan Djaduk Ferianto ini, menjadi sebuah pertunjukkan ciamik, yang pantas ditonton bersama keluarga atau pasangan anda di akhir pekan.
(wnd/JPC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar