MerahPutih.com - Kisah Presiden RI Pertama Soekarno sangat menarik untuk dikaji, diteliti hingga didiskusikan. Berbagai pengalaman beliau semasa kecil, dewasa hingga menjadi seorang tokoh nasional menjadi cerita yang banyak dikaji berbagai kalangan.
Kali ini, merahputih.com mencoba menyajikan sebuah kisah sang proklamator yang menemukan Tuhan lewat Alquran. Dikutip dari buku "Ensiklopedia Keislaman Bung Karno" Karya Rahmat Sahid disebutkan, bahwa Bung Karno mulai memikirkan tentang Ketuhanan dan Ketauhidan sejak beliau masih muda.
"Melalui jiwa kritis Soekarno sejak muda, termasuk dalam upayanya mengenal dan mempercayai Tuhan Yang Maha Esa. Hingga menjadi Presiden pun, Bung karno begitu akrab dengan diskursus mengenai masalah tauhid, masalah ketuhanan. Bahkan, Bung Karno ketika sudah menjadi Presiden masih dengan gaya khasnya dalam berbicara mengenai Tuhan," tulis Rahmat Sahid dalam bukunya yang segera diterbitkan.
Tak heran jika dalam beberapa event Bung Karno kerap bertanya terkait hal itu. Seperti dikisahkan pada peringatan Nuzulul Quran di Istana Negara, 12 Februari 1963, Bung karno menceritakan kepada hadirin bagaimana selama ini dia mencari dan mengenali Tuhan.
"Saudara-saudara sekalian pernah bertanya kepada dirimu sendiri? Tuhan, Tuhanmu dimana? Tuhan dikatakan Esa, Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Tunggal, Tuhan Yang Satu. Dimanakah engkau? Bagaimanakah rupa-Mu ya Allah, ya Rabbi?," kata Bung Karno.
Pertanyaan yang demikian itu, kata Bung Karno, sering timbul dipikirannya tatkala masih muda. Bung Karno kemudian menceritakan pengalaman spiritualnya saat masih muda. Dibukanya berbagai buku dan kitab untuk mendapat jawaban atas pertanyaan tersebut. Dibaca juga berbagai pemahaman tentang Tuhan dari berbagai agama, termasuk bagaimana pemahaman soal dewa-dewa. Namun, Bung Karno tetap belum menemukan jawaban yang begitu meyakinkan di jiwanya.
Bahkan, teramat penasarannya Bung Karno soal "Tuhan" di usia mudanya sering kali bertanya-tanya bagaimana rupa dan bentuk Tuhan sebenarnya.
"Ya Tuhan, bagaimanakah rupa-Mu? Ya Tuhan, dimanakah tempat-Mu? Sudah jelas orang katakan kepadaku, bahwa engkau hanyalah satu, Esa. Tetapi dimana tempat-Mu. Bagaimana rupa-Mu itu? Itu yang aku ingin ketahui," demikian Bung Karno menceritakan pengalamannya.
Dalam upaya mencari jawaban-jawaban atas pertanyaannya sendiri itu, Bung Karno lalu membuka Al Qur'an.
"Nah disini aku mulai cerita tentang Qur'an saudara-saudara. Bukan lagi kitab-kitab sosiologi yang aku buka. Bukan lagi kitab-kitab sejarah yang aku buka di dalam aku punya search. Search yaitu mencari jawaban tentang bagaimana Tuhan, dimana Tuhan, bagaimana rupa Tuhan aku membuka kitab suci Al-Qur'an di dalam segala ia punya terjemahan. Terjemahan bahasa Belanda, terjemahan bahasa Prancis, terjemahan bahasa Jerman, terjemahan bahasa Inggris," lanjutnya.
Bung Karno pun menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya sendiri itu. Tuhan gaib?, yes, gaib, karena tidak bisa dilihat. Tetapi, kata Bung karno, Tuhan bukan satu person yang bersinggasana di langit ke-7.
"Tuhan adalah satu zat yang meliputi seluruh alam ini, meliputi seluruh alam, bukan hanya disana, dimana-mana, tetapi Esa, Tuhan ada di puncak gunung, yes. Tuhan ada di langit, di balik sana dari pada awan, yes. Tuhan ada di balik bintang-bintang yang aku lihat tadi malam itu, yes, Tuhan ada di dalam dasarnya laut, yes. Tuhan ada disana, sebelah sana dari pada Eropa, yes. Tuhan ada disana, disebelah sana dari pada bintang Venus, yes. Tuhan ada di dalam lingkarannya bintang Saturnus, yes. Tuhan ada di dalam bintang Bima Sakti, yes," imbuhnya, seperti dikutip dalam buku tersebut.
Jadi, kata Bung karno, dimana-mana ada Tuhan, tetapi Tuhan tetap satu. Bukan satu barang yang terpencar-pencar, dalam arti sebagian di bintang Venus sebagian di matahari, sebagian di bulan, tidak!
"Tetapi, Tuhan adalah satu zat maha zat yang dimana-mana, juga di hadapanku, juga dihadapanmu saudara-saudara, juga di belakanganmu, juga diatasmu, tetapi satu, Esa. Inilah jawaban yang aku dapat dari Qur'an. Tentang Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa," terang Bung Karno.
Karenanya, kata Bung karno, jikalau seseorang benar-benar hendak mencari Tuhan, secara bacaannya, bacalah di dalam Qur'an. Tetapi jangan hanya membaca saja, tetapi harus dicamkan di dalam jiwa. Sebab hanya dengan mencamkan di dalam jiwa, maka akan dapat menemukan Tuhan.
"Inilah pelajaran bagi saya dapat dari Qur'an saudara-saudara, tatkala umur 28 tahun. Maka oleh karena itu jikalau pada malam Nuzulul Qur'an ini mengagungkan Qur'an, mengagungkan Nuzululnya, saya pun saudara-saudara, ikut mengagungkan Qur'an bukan sekadar secara formal, tetapi dengan benar-benar sedalam-dalam aku punya hati," tegasnya. (Fdi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar