TRIBUNBATAM.ID-Pasukan khusus TNI umumnya digembleng mati-matian dalam latihan tempur paling ekstrem agar bisa memenangkan peperangan menggunakan persenjataan yang dimiliki.
Karena kemampuan pasukan khusus diutamakan pada ketrampilan bertempur secara perorangan, maka TNI juga melakukan gemblengan terhadap personel pasukan khusus agar bisa menjadi 'mesin perang' yang mumpuni.
Baca: Dirgahayu Ke-66 Kopassus! Inilah Sejarah Pisau Komando Legendaris Pasukan Baret Merah!
Baca: Heboh! Pria Lusuh Ini Direndahkan Wanita, Begitu Identitasnya Terungkap Kisahnya Bikin Penasaran!
Oleh karena itu dalam berbagai latihan perang yang sangat keras, pasukan khusus pun memiliki moto tersendiri seperti 'lebih baik pulang nama daripada gagal dalam tugas', 'lebih baik mandi keringat dalam latihan daripada mandi darah dalam pertempuran', atau seperti moto yang dimiliki oleh Kopassus TNI AD 'Berani, Benar, Berhasil'.
Jadi dalam setiap misi tempurnya pasukan khusus TNI harus mampu menjalankan tugas yang tidak bisa dilaksanakan oleh pasukan reguler karena membutuhkan kemampuan-kemampuan khusus, dan harus bisa bertempur menggunakan senjata apapun.

Selain mahir mengoperasikan beragam senjata api, pasukan khusus seperti Kopassus juga harus mahir bertarung menggunakan tangan kosong,seutas tali, dan pisau.
Pasalnya dalam pertempuran jangka panjang atau pertempuran yang tidak seimbang, setiap personel pasukan khusus bisa kehabisan peluru dan harus melanjutkan pertempuran meski hanya bersenjata sebilah pisau belati.
Baca: Terkuak! Akhir Tragis Wanita Simpanan Mantan PM Malaysia, Jasadnya Diledakkan dengan Bom!
Baca: Mengerikan! Bule Ini Babak Belur Dihajar Gara-gara Tato di Jidatnya! Mengejutkan Artinya!
Prinsip bertempur sampai mati meski hanya bersenjata sebilah pisau komando demi memenangkan pertempuran itu ternyata bukan hanya cerita isapan jempol karena pernah dialami sendiri oleh prajurit Kopassus, Pratu Suparlan ketika bertempur di Timor-Timur pada tahun 1980.
Pratu Suparlan yang sedang bertempur bersama sejumlah prajurit Kopassus dan Kostrad posisinya ternyata berhasil didesak oleh gempuran gerilyawan Fretilin yang menyerang secara mengepung dan berjumlah lebih banyak.
Regu Suparlan yang bertempur mati-matian satu persatu gugur termasuk seorang prajurit Kostrad yang bersenjata senapan mesin ringan jenis Minimi.

Dalam kondisi yang kritis itu regu Suparlan yang bertempur sambil mundur akan mengalami kehancuran jika tidak segera datang bala bantuan atau tidak ada yang berani mengorbankan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar