Namun kemeriahan itu ternyata bukan esensi keberadaan ondel-ondel. Di balik rupa dan dandanan meriah ondel-ondel, ia memiliki makna mendalam sekaligus berbau mistik.
"Ondel-Ondel sejak zaman pra Hindu sudah ada dan berkembang di Betawi dengan nama Barongan," kata Yoyo Muchtar dari Lembaga Kebudayaan Betawi, saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu."Saat itu barongan dipercaya oleh masyarakat waktu itu sebagai tolak bala atau mengusir wabah penyakit," lanjutnya.
Fungsi mengusir bala tersebut menempatkan Ondel-Ondel dalam acara resmi atau sakral, seperti pernikahan, peresmian tempat tinggal baru, atau upacara lainnya.
Namun, sejak ada perubahan nama menjadi Ondel-Ondel dan dipopulerkan dengan lagu berjudul sama karya Djoko Subagyo, yang dinyanyikan Benyamin Sueb di era 1970-an, sepasang boneka itu kemudian menjadi ciri dasar budaya Betawi.
Bukan hanya sekadar ciri budaya, ondel-ondel menjadi hiburan masyarakat untuk menyambut tamu di acara-acara sakral tersebut.
"Di era modern ini, banyak boneka Ondel-Ondel untuk cindera mata khas Jakarta dan ada perubahan pada bentuk dari seram menjadi keren. Inilah cikal bakal Ondel-Ondel modern," tutur Yoyo.
Ada 'Isinya'
Namun perubahan bentuk modern ternyata tak serta merta menghilangkan kisah mistik dari Ondel-Ondel. Hal ini dirasakan betul oleh Hasanuddin dan Andri Black, sedikit dari seniman Ondel-Ondel yang masih tersisa.
Hasanuddin, yang telah mengikuti jejak orang tuanya menjadi seniman Ondel-Ondel dan gambang kromong sejak duduk bangku Sekolah Dasar di awal 1990an, mengisahkan pengalaman mistik tentang boneka kayu tersebut.
"Kalau seseorang mengenakan Ondel-Ondel yang terbuat dari kayu, pasti orang tersebut tidak akan ingat dirinya saat mengenakan Ondel-Ondel," tutur Hasan, sapaan akrabnya, saat dikunjungi CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
"Ondel-Ondel itu ada 'isinya', makanya beberapa dari mereka diberi nama dan makan seperti manusia. Itulah kenapa pemain Ondel-Ondel sanggup jumpalitan dan loncat-loncat. Karena itu bukan mereka yang menggerakkan," kata Hasan.
Ungkapan Hasan juga ditanggapi serupa oleh Andri Black yang serius menggeluti ondel-ondel di Kemayoran sejak dua tahun terakhir. Ia bahkan punya tradisi khusus untuk Ondel-Ondel.
"Dulu Ondel-Ondel hanya ada saat pertunjukan tertentu, dan dipercaya sebagai tolak bala sekaligus penjaga kampung. Dan setiap kali akan tampil menggunakan sesajen, tapi sejak mulai era 2000-an mulai berkurang kepercayaan itu," kata Andri, saat ditemui di lain kesempatan.
Karena Ondel-Ondel dipercaya memiliki 'isi', maka orang-orang dahulu percaya bila ada Ondel-Ondel, baiknya jangan usil terhadap boneka tersebut. Hasan memiliki pengalaman terkait ini.
"Kalau ada Ondel-Ondel tampil, jangan usil tangannya. Pernah ada penonton yang usil, lalu kemudian penunggu Ondel-Ondel marah. Si pemain pun kerasukan hingga malam," kata Hasan.
Percaya tidak percaya, kisah mitologi ini masih ada di kalangan masyarakat Betawi. Terlepas kisah dan mitos yang ada, kehadiran Ondel-Ondel akan terus membawa kemeriahan di setiap acara warga Betawi. Setidaknya, kini Ondel-Ondel tak lagi tampil seram dengan wajah bertaring. (les)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar