Sabtu, 23 Juli 2016

Kisah Afrizal, Nelayan Asal Medan yang Selamat di Selat Malaka

indopos.co.id – Kapal kayu yang ditumpangi Afrizal untuk mencari ikan dihantam gelombang ombak di perairan Selat Malaka. Kapal itu kandas di dasar laut. Afrizal bertahan hidup selama tiga hari, sementara tiga rekannya menghilang.

YOFI YUHENDRI, Lubukbaja

Siang itu (21/7) siang, Afrizal terbaring lemah di ruang Cendana nomor 208 Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK), Seraya, Kecamatan Lubukbaja. Selang infus terpasang di tangan kanannya. Pandangannya tampak kosong. Tangan dan kaki Afrizal penuh luka lecet. Sesekali ia mengeluh sakit dibagian kaki kiri.

Pria 44 tahun ini tak percaya selamat dari maut. Ia bertahan selama tiga hari di atas fiber kotak penyimpanan ikan. Nyawanya tertolong oleh Kapten Kapal MV. Oceana Outback yang berlayar dari Abu Dhabi menuju Singapura. Afrizal merupakan nelayan asal Marelan, Medan.

Dia mengadu nasib mencari ikan bersama tiga rekannya, Sulik, Wahyu, dan Budi. Mereka menumpangi kapal kayu dari Pelabuhan Belawan menuju Selat Malaka pada 10 Juli lalu atau empat hari setelah Lebaran. "Saya barangkat diajak tekong (Budi). Tanpa pikir panjang saya ikut," ujar Afrizal dengan nada rendah. Ke empat nelayan ini akhirnya melaut selama sepekan.

Beberapa kotak fiber yang dibawa telah penuh dengan ikan hasil tangkapan dan tampungan dari nelayan lainnya. Mereka kemudian berencana kembali ke Pelabuhan Belawan pada 17 Juli sekitar pukul 08.00 WIB. Namun niat mereka kembali ke kampung halaman tak berjalan mulus. Selama sejam berlayar, cuaca perairan Selat Malaka menjadi ekstrim. Badai melanda ditambah gelombang laut yang tinggi.

"Setelah lepas tali, lalu kapal berlayar sejam. Saya duduk di dalam kapal bersama tekong (Budi)," terang Afrizal. Hantaman ombak dan terjangan angin membuat panik para nelayan. Kapal berukuran 20 GT kemudian kandas. Afrizal bersama Budi terjebak di badan kapal, sementara dua rekannya Sulik dan Wahyu terbawa arus. Situasi itu membuat Budi dan Afrizal mengambil langkah memecahkan jendela badan kapal.

Akibat pecahan kaca itu, lengan Budi terluka parah. "Tangannya sobek dalam. Setelah ke luar kami dapat fiber. Saya lihat mereka (Sulik dan Wahyu) sudah jauh," terang ayah tiga anak ini. Fiber berukuran 1×2 meter itu dapat menampung tubuh Budi dan Afrizal. Namun, selama 6 jam mengapung, Budi terbawa arus. "Dia (Budi) sudah tak kuat lagi. Saya kasih fiber dia menolak.

Dia menghilang dibawa arus," tuturnya. Di atas fiber itu, Afrizal selalu memanjatkan doa dan mengumandangkan Adzan. Tak satupun makanan yang bisa dinikmati. Ia hanya meminum air laut. "Saya minum air laut saja. Badan saya naikkan ke atas fiber dan sudah lemas sekali. Perut saya kembung," kenangnya. Dalam keadaan lemas, Afrizal melihat Kapal MV.

Oceana Outback melintas. Awalnya, Afrizal menyangka kapal tersebut merupakan pelampung. "Kapal itu dimata saya seperti pelampung. Saya coba kejar," imbuhnya. Hingga akhirnya kapten kapal MV. Oceana Outback menghentikan laju kapal dan mengevakuasi Afizal. Pria kelahiran Kumpulan, Sumatera Barat tahun 1972 lalu ini mengaku trauma untuk kembali melaut.

"Saya tidak mau lagi pergi. Saya hanya teringat anak istri," paparnya. Sementara itu, Kapten Kapal MV. Oceana Outback, Andrea T mengaku spontan menolong Afrizal. Pria berkebangsaan Italia itu sempat melihat Afrizal mengejar kapal. Kemudian, ABK Kapal menurunkan tangga dan menjemput korban yang mengapung. "Penolongan ini spontan. Kami sama sekali tidak memikir perompak," ujar Jauhari perwakilan perusahaan Pelayaran Serasi Siping Indonesia (S5) Asia atau perwakilan Kapal MV. Oceana Outback. (*)

Berita Terkait:

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search